Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2024

Dear Diary: Love Language

 Beberapa hari lalu, aku iseng melakukan love language test. Berikut adalah hasilnya: Pertanyaannya adalah, "Apa yang lebih berarti bagiku ketika...?" Receiving Gifts: atau menerima hadiah. Poin ini sedikit lebih unggul dibanding yang lain. Dalam penjelasan di web-nya pun dijelaskan kalau poin ini mungkin terdengar materialis, tapi dalam bahasa cinta, bukan materi yang dilihat. Melainkan pesan di baliknya. Dan aku mengharapkan adanya pesan itu. Iya, aku berharap. Aku tidak tau bagaimana love language bekerja. Tapi hasil ini sebagian besar memang berarti harapan. Aku jarang menerima hadiah. Ulang tahun pun tidak pernah dirayakan. Kalau pun ada yang merayakan, itu adalah inisiatif orang-orang di sekitarku saat itu. Dan saat itu terjadi, aku merasa kalau itu adalah salah satu momen berharga dalam hidup. Perihal hadiah, bukan berarti aku tidak pernah mendapatkannya sama sekali. Aku pernah mendapatkannya. Walau mungkin sebutannya bukan hadiah, tapi pemberian. Bagiku, apapun sebut...

Dear Diary: Gramedia Lagi

 Aku ralat perkataanku sebelumnya yang mengatakan, "Aku baru tau kalau bertemu penulis yang kubaca bukunya bisa semenyenangkan ini." Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kalimat itu. Tapi hari ini aku berubah pikiran. Aku kembali bertemu penulis lain di bincang buku. Penulis yang bukunya belum aku baca sama sekali, buku mana pun. Meski begitu bincang buku hari ini tidak kalah menyenangkan dengan yang kemarin. Bincang buku kemarin pun sebenarnya bukan membahas buku yang kubaca. Tapi aku tetap bisa menikmatinya. Ziggy Zesyazoeviennazabrizkie. Orangnya sesuai dengan tulisannya. Aneh. Bahkan semua orang di sana kali itu serempak setuju. Lucu juga. Benar-benar sesuai dengan tulisannya. Ada satu contoh hal "aneh" yang kuingat dan sempat dibahas kala itu. Seorang peserta bertanya perihal proses kematian salah satu tokoh di salah satu buku yang "aneh" atau beda dari yang lain. Mati kejatuhan piano. Aku tidak tau apakah itu spoiler atau tidak, tapi semua orang di...

Dear Diary: Gramedia Hari Ini

 Aku baru tau kalau ternyata bertemu langsung dengan penulis yang bukunya kubaca akan semenyenangkan ini. Hari ini di Gramedia. Aku kembali bepergian. Sendirian. Kalau bukan karena ada ajakan dari salah seorang teman, boleh jadi aku malah tidak pergi. Sebab ajakan itulah yang membuatku yakin untuk pergi. Tujuan bepergian hari ini ada 2: mengunjungi "bazar" buku, dan menghadiri acara bincang buku bersama salah seorang penulis yang pernah kubaca bukunya: "Kita Pergi Hari Ini" oleh Ziggy Zesyazoeviennazabrizkie. Aku pergi dengan bekal informasi seadanya. Aku dengan santai masuk begitu saja ke dalam gedung. Berkeliling kesana kemari, menyusuri tiap rak-rak buku, dan mengunjungi kasir untuk menyelesaikan pembayaran buku yang didapat. Sampai aku diberitahu kalau ternyata "bazar" buku itu bukan di dalam gedung. Bahkan perihal acara temu penulis pun, aku baru tau kalau akan ada sesi tanda tangan buku langsung oleh penulis. Aku pergi dengan tangan kosong. Buku yang...

Review Film Dokumenter "Dirty Vote"

 Dirty Vote adalah sebuah film dokumenter yang mengungkap atau membeberkan kecurangan pemilu, khususnya pemilu 2024. Sebuah film yang membuat heboh di berbagai media. Ada yang bicara soal keberanian, kehebatan, bahkan tuduhan fitnah. Dokumenter itu berisikan 3 orang pakar hukum tata negara yang tampil silih berganti bagai sedang melakukan presentasi. Ada kalimat menarik di awal film yang dikatakan oleh salah seorang dari tiga pakar itu. "Kita punya peranan besar dalam melahirkan seseorang bernama Jokowi." Perlu menonton filmnya sampai habis untuk bisa memahami maksud dari kalimat itu. Kalau dikatakan film ini ditujukan untuk siapa atau punya maksud untuk menyerang siapa, maka pemahamanku mengatakan bahwa target utama serangan mereka adalah seseorang bernama Jokowi itu. Walau sebenarnya banyak orang yang diserang, disindir, dan disinggung dalam film. Bukan hanya peserta pemilu seperti capres, cawapres, ataupun caleg dan tim suksesnya. Bahkan pengawas dan penyelenggara pemilu j...

Dear Diary: Penyesalan

Hampir lewat tiga tahun masa sekolah berlalu. Tapi bukan berarti apa yang sudah selesai lantas berakhir tanpa penyesalan. Aku punya penyesalan. Dan aku sangat menyayangkan hal itu. Aku bukan termasuk murid berprestasi. Murid bodoh apa lagi. Aku hanya murid sekolah biasa. Tapi di beberapa kesempatan, aku punya peluang untuk menjadi murid berprestasi. Seperti saat tahun pertama Sekolah Menengah Pertama. Aku mendapat kesempatan untuk ikut seleksi sebagai wakil sekolah di olimpiade matematika. Dan aku berhasil untuk itu. Aku berhasil jadi wakil sekolah untuk ikut olimpiade matematika tingkat Kecamatan. Meski hanya tingkat Kecamatan, sebenarnya ini adalah seleksi awal untuk tingkat yang lebih tinggi lagi. Sebab tiga terbaik nantinya akan jadi wakil di tingkat Kota, dan seterusnya. Sayangnya, jalan yang sedang kutempuh tidak sepenuhnya mulus. Terdapat dua babak dalam ujian tingkat Kecamatan. Jangankan untuk jadi wakil di tingkat Kota. Lulus ujian babak pertama saja bahkan aku tidak bisa. Aku...