Langsung ke konten utama

Dear Diary: Gramedia Hari Ini

 Aku baru tau kalau ternyata bertemu langsung dengan penulis yang bukunya kubaca akan semenyenangkan ini.

Hari ini di Gramedia. Aku kembali bepergian. Sendirian. Kalau bukan karena ada ajakan dari salah seorang teman, boleh jadi aku malah tidak pergi. Sebab ajakan itulah yang membuatku yakin untuk pergi.

Tujuan bepergian hari ini ada 2: mengunjungi "bazar" buku, dan menghadiri acara bincang buku bersama salah seorang penulis yang pernah kubaca bukunya: "Kita Pergi Hari Ini" oleh Ziggy Zesyazoeviennazabrizkie.

Aku pergi dengan bekal informasi seadanya. Aku dengan santai masuk begitu saja ke dalam gedung. Berkeliling kesana kemari, menyusuri tiap rak-rak buku, dan mengunjungi kasir untuk menyelesaikan pembayaran buku yang didapat. Sampai aku diberitahu kalau ternyata "bazar" buku itu bukan di dalam gedung.

Bahkan perihal acara temu penulis pun, aku baru tau kalau akan ada sesi tanda tangan buku langsung oleh penulis. Aku pergi dengan tangan kosong. Buku yang kubaca itu sedang tidak bersamaku. Alhasil aku beli buku baru saat itu juga.

Meski begitu, semuanya menyenangkan.

Tidak mudah untuk bepergian sendirian. Akan ada banyak hal tidak terduga yang kerap kali bisa terjadi. Buah dari keputusan-keputusan yang diputuskan begitu saja tanpa pikir panjang dan diolah lebih dulu.

Hari ini memang ditemani beberapa teman di tempat. Tapi tidak dengan jalan pulang. Jalan pulang benar-benar tidak terduga. Bukan soal hujan yang turun tiba-tiba. Tapi ada pada keputusan dan isi kepala.

Aku. Pulang. Hujan. Hujanan.

Sampai di rumah, kau tau apa yang orang rumah katakan? Yap. Mereka malah mengadu nasib.

"Itulah yang aku rasakan." katanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapsul Waktu

 Matahari belum sempurna terbit di timur, tapi seorang perempuan terlihat amat terburu-buru. Dengan Hoodie warna biru dan rok rample -nya Rita melangkah dengan cepat, bahkan nyaris berlari. Hari ini adalah hari yang spesial. Hari yang paling ditunggu oleh Rita. Tujuannya adalah taman kota. Tepatnya di dekat pohon besar. Di sana, di dalam tanah, Rita akan membuka kapsul waktu yang pernah ia tanam bersama seorang laki-laki yang ia cintai empat tahun lalu. Namanya Rangga. Dia adalah orang yang pemalu. Payah sekali dalam bergaul. Bahkan teman pun tidak punya. Sebaliknya, Rita adalah orang yang aktif. Gemar bergaul dan punya banyak teman. Tapi ia payah sekali kalau sudah bicara soal perasaan. Dan kelemahan utamanya adalah, dia mencintai Rangga. Empat tahun yang lalu adalah masa sekolah menengah. Keduanya berkawan baik. Rita memang mencintai Rangga, tapi ia tidak pernah berani untuk bilang. Jangan tanya bagaimana Rangga. Dia pendiam. Dia selalu senang dekat dengan Rita. Tapi tidak pernah...

Malam Sunyi

 Aku punya rutinitas Malam Jum'at. Adalah mendengarkan cerita horor di radio sebelum tidur. Maka Malam Jum'at kali ini pun sama, meskipun ada tugas sekolah yang harus aku selesaikan. Usai makan malam aku segera kembali ke kamar. Menyiapkan buku di meja belajar. Menyiapkan alat tulisnya juga. Tidak lupa menyalakan lampu belajar untuk mendapatkan penerangan. Barulah aku beranjak untuk mematikan lampu kamar. Radio sudah diputar dalam ponsel. Aku juga menggunakan earphone agar suaranya lebih jelas terdengar dan lebih mencekam. Penyiar mulai menyapa pendengar. Bersamaan dengan itu aku pun mulai mengerjakan tugasku. Selagi menunggu penyiar sibuk mengobrol sana-sini, aku juga sama sibuknya dengan isi kepala sendiri. Beruntung tugas kali ini tidak sulit, jadi bisa dengan mudah aku selesaikan. Tepat saat aku menutup buku, cerita seram pun dimulai. Lampu kamar sudah dimatikan. Lampu belajar juga segera padam seiring dengan selesainya tugas sekolah. Kamar sudah sepenuhnya gelap. Jendela ...

Taman Bunga

Hari ini akan ada petugas kesehatan dari puskesmas datang ke sekolah. Untuk melakukan penyuluhan seputar gizi, katanya. Sebagai guru pria, tenagaku dibutuhkan untuk segala kegiatan logistik. Menyiapkan panggung misalnya dari jauh-jauh hari. Saat hari yang ditetapkan akhirnya tiba, aku ditugaskan sekolah untuk menerima para perawat dari puskesmas di gerbang depan. Bersama seorang guru perempuan, aku sejenak bercakap dengan satpam di pos depan selagi menunggu tamu datang. Sebuah mobil minibus tampak bersiap untuk memasuki gerbang sekolah. Aku dibuat tertegun karenanya. Bulu kuduk serentak berdiri, merinding. Entah kenapa ada perasaan gugup. Degup jantung tiba-tiba saja berpacu lebih cepat dari biasanya. Semua perasaan itu seolah menjadi tanda kalau akan ada rindu yang terbalas sebentar lagi. Satpam bergegas menjalankan tugas. Membantu mobil yang baru datang untuk parkir dengan rapi. Aku pun bergegas menghampiri mobil itu untuk menyambut para penumpangnya. Satu per satu perawat turun dari...