Langsung ke konten utama

Dear Diary: Gramedia Lagi

 Aku ralat perkataanku sebelumnya yang mengatakan, "Aku baru tau kalau bertemu penulis yang kubaca bukunya bisa semenyenangkan ini." Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kalimat itu. Tapi hari ini aku berubah pikiran. Aku kembali bertemu penulis lain di bincang buku. Penulis yang bukunya belum aku baca sama sekali, buku mana pun. Meski begitu bincang buku hari ini tidak kalah menyenangkan dengan yang kemarin.

Bincang buku kemarin pun sebenarnya bukan membahas buku yang kubaca. Tapi aku tetap bisa menikmatinya. Ziggy Zesyazoeviennazabrizkie. Orangnya sesuai dengan tulisannya. Aneh. Bahkan semua orang di sana kali itu serempak setuju. Lucu juga. Benar-benar sesuai dengan tulisannya.

Ada satu contoh hal "aneh" yang kuingat dan sempat dibahas kala itu. Seorang peserta bertanya perihal proses kematian salah satu tokoh di salah satu buku yang "aneh" atau beda dari yang lain. Mati kejatuhan piano. Aku tidak tau apakah itu spoiler atau tidak, tapi semua orang di sana serempak kecewa mendengar kalimat itu. Jawaban Ziggy cukup nyeleneh, tapi sangat bisa dipahami. Katanya, "karena seru. Sebab kebanyakan cerita kematian biasanya diceritakan dengan cara yang klasik. Seperti sakit, atau mati di tempat tidur."

Mati kejatuhan piano. Siapa pun yang mendengar kalimat ini kebanyakan akan bergidik ngeri. Bahkan bisa dikatakan sadis. Tapi mendengar itu, aku justru teringat dengan kartun Tom & Jerry. Tom kerap kali jatuh tertimpa piano. Dan reaksi penonton melihat kejadian itu justru tertawa bahagia dan menganggapnya lucu.

Kenapa respon keduanya berbeda? Asumsi pertamaku adalah karena Tom adalah karakter fiksi. Tapi patah lansung ketika sadar kalau cerita Ziggy juga fiksi. Asumsi berikutnya adalah sebab perbedaan manusia dan hewan. Tapi kalau begitu pun tetap saja terdengar sadis. Asumsi terakhir adalah sebab Tom & Jerry bergenre komedi. Ditambah adanya visual dan audio yang membuatnya lucu. Aku pun mengangguk paham.

Imajinasi Ziggy benar-benar liar. Bahkan proses kematian tokoh yang ditulisnya sendiri pun dibuat seliar mungkin. Fiksi itu bebas. Dan Ziggy selalu totalitas dalam berimajinasi.

Bincang buku hari ini pun tidak kalah seru. Aku tidak bisa menyebutkan apakah hari ini menyenangkan atau justru menyedihkan. Sebab bahasan hari ini jauh lebih serius. Bahkan termasuk pembahasan tabu. Sisi Tergelap Surga, ditulis oleh Brian Khrisna.

Pada awalnya, aku mengira kalau menghadiri bincang buku yang bukunya belum kubaca nantinya akan banyak melamun dan bingung sendiri. Tapi sepertinya aku terlalu meremehkan seorang penulis dan acara bincang buku.

Bincang buku bukan hanya sebagai wadah untuk mengenal buku tertentu. Tapi juga untuk mengenal siapa dan seperti apa penulisnya.

Jangan tanya jalan pulang. Hari ini semuanya lancar. Aku baik-baik saja. Aku senang. Aku tersenyum.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapsul Waktu

 Matahari belum sempurna terbit di timur, tapi seorang perempuan terlihat amat terburu-buru. Dengan Hoodie warna biru dan rok rample -nya Rita melangkah dengan cepat, bahkan nyaris berlari. Hari ini adalah hari yang spesial. Hari yang paling ditunggu oleh Rita. Tujuannya adalah taman kota. Tepatnya di dekat pohon besar. Di sana, di dalam tanah, Rita akan membuka kapsul waktu yang pernah ia tanam bersama seorang laki-laki yang ia cintai empat tahun lalu. Namanya Rangga. Dia adalah orang yang pemalu. Payah sekali dalam bergaul. Bahkan teman pun tidak punya. Sebaliknya, Rita adalah orang yang aktif. Gemar bergaul dan punya banyak teman. Tapi ia payah sekali kalau sudah bicara soal perasaan. Dan kelemahan utamanya adalah, dia mencintai Rangga. Empat tahun yang lalu adalah masa sekolah menengah. Keduanya berkawan baik. Rita memang mencintai Rangga, tapi ia tidak pernah berani untuk bilang. Jangan tanya bagaimana Rangga. Dia pendiam. Dia selalu senang dekat dengan Rita. Tapi tidak pernah...

Malam Sunyi

 Aku punya rutinitas Malam Jum'at. Adalah mendengarkan cerita horor di radio sebelum tidur. Maka Malam Jum'at kali ini pun sama, meskipun ada tugas sekolah yang harus aku selesaikan. Usai makan malam aku segera kembali ke kamar. Menyiapkan buku di meja belajar. Menyiapkan alat tulisnya juga. Tidak lupa menyalakan lampu belajar untuk mendapatkan penerangan. Barulah aku beranjak untuk mematikan lampu kamar. Radio sudah diputar dalam ponsel. Aku juga menggunakan earphone agar suaranya lebih jelas terdengar dan lebih mencekam. Penyiar mulai menyapa pendengar. Bersamaan dengan itu aku pun mulai mengerjakan tugasku. Selagi menunggu penyiar sibuk mengobrol sana-sini, aku juga sama sibuknya dengan isi kepala sendiri. Beruntung tugas kali ini tidak sulit, jadi bisa dengan mudah aku selesaikan. Tepat saat aku menutup buku, cerita seram pun dimulai. Lampu kamar sudah dimatikan. Lampu belajar juga segera padam seiring dengan selesainya tugas sekolah. Kamar sudah sepenuhnya gelap. Jendela ...

Taman Bunga

Hari ini akan ada petugas kesehatan dari puskesmas datang ke sekolah. Untuk melakukan penyuluhan seputar gizi, katanya. Sebagai guru pria, tenagaku dibutuhkan untuk segala kegiatan logistik. Menyiapkan panggung misalnya dari jauh-jauh hari. Saat hari yang ditetapkan akhirnya tiba, aku ditugaskan sekolah untuk menerima para perawat dari puskesmas di gerbang depan. Bersama seorang guru perempuan, aku sejenak bercakap dengan satpam di pos depan selagi menunggu tamu datang. Sebuah mobil minibus tampak bersiap untuk memasuki gerbang sekolah. Aku dibuat tertegun karenanya. Bulu kuduk serentak berdiri, merinding. Entah kenapa ada perasaan gugup. Degup jantung tiba-tiba saja berpacu lebih cepat dari biasanya. Semua perasaan itu seolah menjadi tanda kalau akan ada rindu yang terbalas sebentar lagi. Satpam bergegas menjalankan tugas. Membantu mobil yang baru datang untuk parkir dengan rapi. Aku pun bergegas menghampiri mobil itu untuk menyambut para penumpangnya. Satu per satu perawat turun dari...