Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2023

Dear Diary: (Bukan) Perpustakaan

 Sepertinya terlalu cepat buatku menganggap kalau membangun perpustakaan adalah mimpi yang menyenangkan. Memang ada bagusnya hanya fokus pada hal-hal baik saja. Sebab bisa dijadikan motivasi dan memicu rasa percaya diri. Tapi melupakan hal-hal yang kurang juga tidak sepenuhnya dianjurkan. Cukup dilihat secukupnya. Sebab kalau berlebihan bisa menimbulkan insekyur, dan kalau tidak dilirik sama sekali bisa jadi besar kepala. Aku lupa pada hal-hal tidak menyenangkan yang terjadi di perpustakaan. Khususnya dalam hal pinjam-meminjam buku. Memang baik menganggap semua orang itu baik dan bisa dipercaya, tapi sayangnya manusia itu ada banyak jenisnya. Dan aku tidak sadar lebih cepat pada hal itu. Aku belum banyak meminjamkan buku. Tapi ada beberapa teman yang kemarin sempat meminjam. Aku juga bilang kalau biar membebaskan mereka untuk meminjam buku semampu mereka sampai habis baca. Bahkan aku pernah membiarkan salah satu buku pinjaman tinggal di rumah teman selama libur semester kemarin. Be...

Dear Diary: Pendahuluan

 Sebagian cerita terdahulu sebenarnya hanya pendahuluan saja. Belum masuk pada bagian ide utama. Pendahuluan itu pun ditulis bukan sebab disengaja, tapi memang aku berhenti menulis sampai di situ, padahal sebenarnya belum sampai ide utama. Atau sebab berhasil ditemukan makna lain dari ide yang ingin diceritakan. Seperti cerita Bima dalam Pahlawan Kecil adalah pendahuluan sebelum masuk cerita utama di Pahlawan Kecil-kecil. Meskipun terdapat kata "pahlawan" di judulnya, tapi tidak ada sedikit pun aksi heroik di dalam ceritanya. Aksi heroik baru muncul dalam cerita lanjutannya dengan ide awal: Perlawanan Bima dalam menyelamatkan seorang perempuan dari penjahat . Walau begitu, aku berhenti menulis sampai akhir cerita 'Pahlawan Kecil', sebab aku menemukan makna lain dalam sebuah kata pahlawan. Atau cerita Kala dan Kila dalam cerita Bersama Selamanya. Ide utamanya sederhana sekali: Kala mengajak Kila untuk melihat layar Imaji . Ide sederhana sebenarnya bisa melahirkan lebih...

Sumur Memori: Sumur Hewan Peliharaan

Aku kembali jalan di depan. Menuntun Uti menuju sumur terakhir. Atau lebih tepatnya adalah mencarinya. Letak Sumur Hewan Peliharaan cukup jauh dari dua sumur sebelumnya. Mungkin sebab objek yang dibicarakan bukan lagi manusia. Jadi seolah berada di petak tanah yang berbeda. Sumur Hewan Peliharaan adalah Sumur Memori untuk melihat rekaman masa lalu seputar tingkah hewan peliharaan pada tuannya. Rekaman masa lalu yang ditampilkan dalam sebuah hologram. Aku bersiap di depan sumurnya. Terdapat tulisan "Hewan Peliharaan" di atas tuasnya. Sebagai identitas sekaligus pembeda bagi setiap sumur. Aku putar tuasnya pelan-pelan. Uti berdiri tepat di depan sumurnya. Kali ini terlihat lebih santai. Tidak lagi kebingungan seperti di Sumur Keluarga. Atau dengan antusias seperti di Sumur Teman. Sedangkan aku, jauh lebih antusias ketika sampai di depan Sumur Hewan Peliharaan. Sumur Memori yang akan membahas seputar Hewan Peliharaan. Dan aku adalah seekor kucing, hewan peliharaan Uti. Papan pen...

Sumur Memori: Sumur Teman

 Sumur kedua adalah Sumur Teman. Jaraknya tidak jauh dari sumur sebelumnya. Aku berjalan di depan. Memandu Uti yang jalan di belakang mengikuti. Sumur Teman atau pun Sumur Keluarga sebenarnya tidak ada bedanya secara penampilan. Tapi Sumur Memori memang ada banyak jenisnya. Perbedaannya hanya terletak pada fungsinya saja, atau hologram apa yang akan ditampilkan sumur itu. Aku berdiri di pinggir sumur. Siap memutar tuas agar tutup papannya terbuka dan mulai menampilkan hologram rekaman masa lalu. Uti sudah ada di depan sumur. Wajahnya jauh lebih antusias dari sebelumnya. Apalagi di Sumur Keluarga, Uti kembali menemukan kebahagiaan. Kembali menemukan lukisan senyuman yang sempat hilang kemarin. Papan penutupnya perlahan terbuka. Cahaya hologram secara berebut mulai merangsek melalui celah-celah papan yang terbuka. Sampai akhirnya terbuka sempurna dan hologram pun sudah tampil sepenuhnya. Sumur Teman adalah Sumur Memori yang menampilkan rekaman memori perihal pertemanan maupun persaha...

Sumur Memori: Sumur Keluarga

Lanjutan dari "Aku Temani". "Uti, ikut Ito, yuk!" Uti menoleh dan menurunkan lengannya. "Ke mana?" "Ke suatu tempat." Aku menarik tangan Uti agar ia cepat mengikuti langkahku, agar tidak tertinggal. "Ih, Ito! Mau ke mana? Awas aja kalau macem-macem!" "Aku ini kucing, Uti. Udah ikut aja." Sumur yang kucari sudah ada di depan mata. Aku lepaskan tangan Uti dan mulai memeriksa sumur itu. Kondisinya sudah lapuk dan sudah ditutupi papan di lubang airnya. Sumur tua, tapi punya teknologi luar biasa. Uti mengedarkan pandangannya. Sebuah tempat mirip hutan tapi dengan sedikit pohon. Beralaskan rerumputan yang tumbuh liar menutupi tanah. Dihiasi oleh sumur-sumur tua tiap sepuluh meter. Uti balik melihatku yang masih sibuk dengan salah satu sumur di sana. "Ito, mau ngapain kita di sini?" "Uti tau enggak, ini sumur apa?" "Sumur tua, kan? Emang mau ngapain, sih?" "Ini bukan sumur biasa, Uti. Ini sumur memo...

Postingan populer dari blog ini

Kapsul Waktu

 Matahari belum sempurna terbit di timur, tapi seorang perempuan terlihat amat terburu-buru. Dengan Hoodie warna biru dan rok rample -nya Rita melangkah dengan cepat, bahkan nyaris berlari. Hari ini adalah hari yang spesial. Hari yang paling ditunggu oleh Rita. Tujuannya adalah taman kota. Tepatnya di dekat pohon besar. Di sana, di dalam tanah, Rita akan membuka kapsul waktu yang pernah ia tanam bersama seorang laki-laki yang ia cintai empat tahun lalu. Namanya Rangga. Dia adalah orang yang pemalu. Payah sekali dalam bergaul. Bahkan teman pun tidak punya. Sebaliknya, Rita adalah orang yang aktif. Gemar bergaul dan punya banyak teman. Tapi ia payah sekali kalau sudah bicara soal perasaan. Dan kelemahan utamanya adalah, dia mencintai Rangga. Empat tahun yang lalu adalah masa sekolah menengah. Keduanya berkawan baik. Rita memang mencintai Rangga, tapi ia tidak pernah berani untuk bilang. Jangan tanya bagaimana Rangga. Dia pendiam. Dia selalu senang dekat dengan Rita. Tapi tidak pernah...

Malam Sunyi

 Aku punya rutinitas Malam Jum'at. Adalah mendengarkan cerita horor di radio sebelum tidur. Maka Malam Jum'at kali ini pun sama, meskipun ada tugas sekolah yang harus aku selesaikan. Usai makan malam aku segera kembali ke kamar. Menyiapkan buku di meja belajar. Menyiapkan alat tulisnya juga. Tidak lupa menyalakan lampu belajar untuk mendapatkan penerangan. Barulah aku beranjak untuk mematikan lampu kamar. Radio sudah diputar dalam ponsel. Aku juga menggunakan earphone agar suaranya lebih jelas terdengar dan lebih mencekam. Penyiar mulai menyapa pendengar. Bersamaan dengan itu aku pun mulai mengerjakan tugasku. Selagi menunggu penyiar sibuk mengobrol sana-sini, aku juga sama sibuknya dengan isi kepala sendiri. Beruntung tugas kali ini tidak sulit, jadi bisa dengan mudah aku selesaikan. Tepat saat aku menutup buku, cerita seram pun dimulai. Lampu kamar sudah dimatikan. Lampu belajar juga segera padam seiring dengan selesainya tugas sekolah. Kamar sudah sepenuhnya gelap. Jendela ...

Perjuangan dan Penantian

 Restoran baru saja buka. Rangga sedang beristirahat sejenak usai bersiap-siap. Selagi menunggu pelanggan datang, Rangga mengambil ponselnya yang sama sekali belum ia buka lagi sedari semalam. Kemarin adalah akhir bulan, jadi Rangga sibuk membuat laporan keuangan bulanan untuk kemudian dilaporkan pada ibunya. Beruntung hasil laporannya baik. Ibu Rangga memujinya. Bahkan penghasilan restoran jauh meningkat dari bulan sebelumnya. Ada satu kebiasaan yang sering Rangga lakukan beberapa waktu terakhir dengan ponselnya. Meskipun Rangga pernah bercerita kepada para karyawan tentang kekasihnya di Inggris dan mereka menyarankan Rangga untuk lepas dan melupa, tapi tidak mudah bagi Rangga untuk melupakannya begitu saja. Rangga masih kerap mengirim pesan meskipun ia tau bahwa tidak akan mendapatkan balasan. Bahkan ia jadikan ruang obrolan itu seolah buku harian. Rangga akan mengirim pesan setiap kali ada hal menarik yang ia alami. Kali ini Rangga pun ingin melakukannya lagi, tapi ia dikejutkan...