Langsung ke konten utama

Dear Diary: (Bukan) Perpustakaan

 Sepertinya terlalu cepat buatku menganggap kalau membangun perpustakaan adalah mimpi yang menyenangkan. Memang ada bagusnya hanya fokus pada hal-hal baik saja. Sebab bisa dijadikan motivasi dan memicu rasa percaya diri. Tapi melupakan hal-hal yang kurang juga tidak sepenuhnya dianjurkan. Cukup dilihat secukupnya. Sebab kalau berlebihan bisa menimbulkan insekyur, dan kalau tidak dilirik sama sekali bisa jadi besar kepala.

Aku lupa pada hal-hal tidak menyenangkan yang terjadi di perpustakaan. Khususnya dalam hal pinjam-meminjam buku. Memang baik menganggap semua orang itu baik dan bisa dipercaya, tapi sayangnya manusia itu ada banyak jenisnya. Dan aku tidak sadar lebih cepat pada hal itu.

Aku belum banyak meminjamkan buku. Tapi ada beberapa teman yang kemarin sempat meminjam. Aku juga bilang kalau biar membebaskan mereka untuk meminjam buku semampu mereka sampai habis baca. Bahkan aku pernah membiarkan salah satu buku pinjaman tinggal di rumah teman selama libur semester kemarin. Beruntung buku itu masih bisa pulang.

Satu lagi perihal buku pinjaman yang baru saja pulang beberapa hari kemarin. Pengembalian buku yang membuatku sedikit terkejut dan mungkin tertekan juga.

Sampul bukunya kotor.

Sewaktu menerima buku itu kembali, aku benar-benar membatu. Pikiranku lari-lari, terbang tidak keruan. Aku tersentak. Disentak oleh kenyataan bahwa manusia memang ada banyak jenisnya. Bukan terbatas pada baik-buruk. Ada juga pintar-bodoh, ramah-sinis, pendiam-periang, teliti-ceroboh, dan... rapih-berantakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku: Getting To Yes

 Resensi buku non-fiksi: Getting To Yes Identitas Buku:  Getting To Yes: Trik Mencapai Kata Sepakat untuk Setiap Perbedaan Pendapat Oleh Roger Fisher, William Ury, dan Bruce Patton Penerjemah: Mila Hidajat Penerbit Gramedia Pustaka Utama Cetakan kelima (edisi ketiga): Maret 2020 Jumlah Halaman: 314 Pendahuluan: Secara umum, Getting To Yes menawarkan sebuah metode negosiasi yang dikenal sebagai Negosiasi Berprinsip. Seringkali perbedaan pendapat menjadikan dua pihak ingin saling mengalahkan satu sama lain, hanya berfokus pada apa yang mau dan tidak mau dilakukan oleh masing-masing pihak. Dengan Negosiasi Berprinsip perbedaan pendapat diharapkan dapat diselesaikan dengan kesepakatan yang menekankan pada keuntungan bersama bila memungkinkan, dan ketika kepentingan kedua pihak bertentangan, maka harus didasarkan pada standar yang adil dan terbebas dari keinginan masing-masing. Para penulis merupakan mereka yang tergabung dalam Harvard Negotiation Project sekaligus menjadi tempat d...

Taman Bunga

Hari ini akan ada petugas kesehatan dari puskesmas datang ke sekolah. Untuk melakukan penyuluhan seputar gizi, katanya. Sebagai guru pria, tenagaku dibutuhkan untuk segala kegiatan logistik. Menyiapkan panggung misalnya dari jauh-jauh hari. Saat hari yang ditetapkan akhirnya tiba, aku ditugaskan sekolah untuk menerima para perawat dari puskesmas di gerbang depan. Bersama seorang guru perempuan, aku sejenak bercakap dengan satpam di pos depan selagi menunggu tamu datang. Sebuah mobil minibus tampak bersiap untuk memasuki gerbang sekolah. Aku dibuat tertegun karenanya. Bulu kuduk serentak berdiri, merinding. Entah kenapa ada perasaan gugup. Degup jantung tiba-tiba saja berpacu lebih cepat dari biasanya. Semua perasaan itu seolah menjadi tanda kalau akan ada rindu yang terbalas sebentar lagi. Satpam bergegas menjalankan tugas. Membantu mobil yang baru datang untuk parkir dengan rapi. Aku pun bergegas menghampiri mobil itu untuk menyambut para penumpangnya. Satu per satu perawat turun dari...

Kapsul Waktu

 Matahari belum sempurna terbit di timur, tapi seorang perempuan terlihat amat terburu-buru. Dengan Hoodie warna biru dan rok rample -nya Rita melangkah dengan cepat, bahkan nyaris berlari. Hari ini adalah hari yang spesial. Hari yang paling ditunggu oleh Rita. Tujuannya adalah taman kota. Tepatnya di dekat pohon besar. Di sana, di dalam tanah, Rita akan membuka kapsul waktu yang pernah ia tanam bersama seorang laki-laki yang ia cintai empat tahun lalu. Namanya Rangga. Dia adalah orang yang pemalu. Payah sekali dalam bergaul. Bahkan teman pun tidak punya. Sebaliknya, Rita adalah orang yang aktif. Gemar bergaul dan punya banyak teman. Tapi ia payah sekali kalau sudah bicara soal perasaan. Dan kelemahan utamanya adalah, dia mencintai Rangga. Empat tahun yang lalu adalah masa sekolah menengah. Keduanya berkawan baik. Rita memang mencintai Rangga, tapi ia tidak pernah berani untuk bilang. Jangan tanya bagaimana Rangga. Dia pendiam. Dia selalu senang dekat dengan Rita. Tapi tidak pernah...