Langsung ke konten utama

Dear Diary: Pendahuluan

 Sebagian cerita terdahulu sebenarnya hanya pendahuluan saja. Belum masuk pada bagian ide utama. Pendahuluan itu pun ditulis bukan sebab disengaja, tapi memang aku berhenti menulis sampai di situ, padahal sebenarnya belum sampai ide utama. Atau sebab berhasil ditemukan makna lain dari ide yang ingin diceritakan.

Seperti cerita Bima dalam Pahlawan Kecil adalah pendahuluan sebelum masuk cerita utama di Pahlawan Kecil-kecil. Meskipun terdapat kata "pahlawan" di judulnya, tapi tidak ada sedikit pun aksi heroik di dalam ceritanya. Aksi heroik baru muncul dalam cerita lanjutannya dengan ide awal: Perlawanan Bima dalam menyelamatkan seorang perempuan dari penjahat. Walau begitu, aku berhenti menulis sampai akhir cerita 'Pahlawan Kecil', sebab aku menemukan makna lain dalam sebuah kata pahlawan.

Atau cerita Kala dan Kila dalam cerita Bersama Selamanya. Ide utamanya sederhana sekali: Kala mengajak Kila untuk melihat layar Imaji. Ide sederhana sebenarnya bisa melahirkan lebih banyak lagi cerita-cerita. Itulah kenapa sebenarnya tanpa dilanjutkan pun, atau meskipun berhenti sampai akhir tertautnya dua kelingking Kala dan Kila, sudah sangat cukup untuk dijadikan akhir cerita yang baik.

Satu lagi adalah Sumur Memori. Cerita pertamanya diberi judul 'Aku Temani'. Sama seperti dua cerita di atas, cerita Ito dan Uti merupakan pendahuluan dan belum masuk ide utama. Ide awalnya adalah: Petualangan Ito dan Uti di dunia mimpi. 

Cerita di atas semuanya, khususnya pendahuluannya sebenarnya sudah ditulis setahun lalu, bahkan lebih. Tapi idenya masih membekas di kepala, sebab memang ceritanya belum selesai. Membekas bukan berarti sepenuhnya ingat. Yang ada di kepala hanyalah bagian utamanya saja. Cerita Bima masih bisa membekas sebab ada petunjuk dari judulnya. Cerita Kala dan Kila masih bisa dilanjutkan sebab aku menemukan draft-nya.

Cerita Ito dan Uti adalah yang paling sedikit tersimpan dalam ingatan. Kalau bukan sebab aku menemukan draft-nya, bisa jadi cerita ini tidak pernah dilanjutkan dan hanya berhenti pada interaksi kucing peliharaan dan tuannya. Bekal untuk melanjutkan cerita pun tidak banyak, hanya ada satu kalimat yang aku sengaja selalu tuliskan di setiap akhir ceritanya. Sumur Memori: Keluarga, Teman, Hewan Peliharaan. Dan bekal itu tidak sepenuhnya cukup. Sebab pertama kali melihat kembali kalimat itu, sama sekali tidak tergambar atau teringat apa yang mau aku tulis waktu itu. Tapi begitu aku mulai menulis kembali, aku sendiri bahkan tidak menyangka kalau akan melahirkan banyak cerita. Bahkan petualangan seru di dunia mimpi. Juga perjalanan ke masa lalu hanya dengan melihat hologram menyala di depan mata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapsul Waktu

 Matahari belum sempurna terbit di timur, tapi seorang perempuan terlihat amat terburu-buru. Dengan Hoodie warna biru dan rok rample -nya Rita melangkah dengan cepat, bahkan nyaris berlari. Hari ini adalah hari yang spesial. Hari yang paling ditunggu oleh Rita. Tujuannya adalah taman kota. Tepatnya di dekat pohon besar. Di sana, di dalam tanah, Rita akan membuka kapsul waktu yang pernah ia tanam bersama seorang laki-laki yang ia cintai empat tahun lalu. Namanya Rangga. Dia adalah orang yang pemalu. Payah sekali dalam bergaul. Bahkan teman pun tidak punya. Sebaliknya, Rita adalah orang yang aktif. Gemar bergaul dan punya banyak teman. Tapi ia payah sekali kalau sudah bicara soal perasaan. Dan kelemahan utamanya adalah, dia mencintai Rangga. Empat tahun yang lalu adalah masa sekolah menengah. Keduanya berkawan baik. Rita memang mencintai Rangga, tapi ia tidak pernah berani untuk bilang. Jangan tanya bagaimana Rangga. Dia pendiam. Dia selalu senang dekat dengan Rita. Tapi tidak pernah...

Malam Sunyi

 Aku punya rutinitas Malam Jum'at. Adalah mendengarkan cerita horor di radio sebelum tidur. Maka Malam Jum'at kali ini pun sama, meskipun ada tugas sekolah yang harus aku selesaikan. Usai makan malam aku segera kembali ke kamar. Menyiapkan buku di meja belajar. Menyiapkan alat tulisnya juga. Tidak lupa menyalakan lampu belajar untuk mendapatkan penerangan. Barulah aku beranjak untuk mematikan lampu kamar. Radio sudah diputar dalam ponsel. Aku juga menggunakan earphone agar suaranya lebih jelas terdengar dan lebih mencekam. Penyiar mulai menyapa pendengar. Bersamaan dengan itu aku pun mulai mengerjakan tugasku. Selagi menunggu penyiar sibuk mengobrol sana-sini, aku juga sama sibuknya dengan isi kepala sendiri. Beruntung tugas kali ini tidak sulit, jadi bisa dengan mudah aku selesaikan. Tepat saat aku menutup buku, cerita seram pun dimulai. Lampu kamar sudah dimatikan. Lampu belajar juga segera padam seiring dengan selesainya tugas sekolah. Kamar sudah sepenuhnya gelap. Jendela ...

Taman Bunga

Hari ini akan ada petugas kesehatan dari puskesmas datang ke sekolah. Untuk melakukan penyuluhan seputar gizi, katanya. Sebagai guru pria, tenagaku dibutuhkan untuk segala kegiatan logistik. Menyiapkan panggung misalnya dari jauh-jauh hari. Saat hari yang ditetapkan akhirnya tiba, aku ditugaskan sekolah untuk menerima para perawat dari puskesmas di gerbang depan. Bersama seorang guru perempuan, aku sejenak bercakap dengan satpam di pos depan selagi menunggu tamu datang. Sebuah mobil minibus tampak bersiap untuk memasuki gerbang sekolah. Aku dibuat tertegun karenanya. Bulu kuduk serentak berdiri, merinding. Entah kenapa ada perasaan gugup. Degup jantung tiba-tiba saja berpacu lebih cepat dari biasanya. Semua perasaan itu seolah menjadi tanda kalau akan ada rindu yang terbalas sebentar lagi. Satpam bergegas menjalankan tugas. Membantu mobil yang baru datang untuk parkir dengan rapi. Aku pun bergegas menghampiri mobil itu untuk menyambut para penumpangnya. Satu per satu perawat turun dari...