Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2020

Episode Baru Rindu

Malam ini adalah malam yang indah bagi Kirana, sekaligus malam yang buruk juga. Hari ini, ia baru saja kembali melepas rindu yang selama ini terus menghantui. Rindunya selama ini akhirnya terbalaskan oleh pertemuannya hari ini dengan lelaki yang ia caintai. Sungguh malam yang indah. Walau tidak lama setelah itu, ia pun harus rela untuk membiarkan rindu kembali menghantuinya. Sekilas pertemuan itu berhasil membuatnya harus melawan rasa rindu yang pastinya akan lebih menjadi-jadi. Memang malam yang buruk. Ia akan sulit tidur malam ini. Hatinya yang bahagia bercampur dengan rasa kecewa cukup membuatnya merana. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Kirana termenung di atas kasurnya. Dirinya terbaring menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang dipenuhi dengan kegelisahan. "Padahal kita baru saja bertemu. Tapi kenapa harus berpisah lagi." gumamnya disertai air mata yang mulai membasahi pipinya. Entah itu air mata bahagia atau sedih, Kirana pun tidak tahu. Tok...tok...

Penantian Berharga

"Ray!" panggil seorang wanita kepada lelaki yang bernama Rayhan itu. "Kamu pergi? Kamu lupa janji kita?" tanya wanita itu lagi setelah berhasil mendekati Rayhan. Tak ada jawaban dari lelaki itu. Berat baginya untuk menjawab pertanyaan dari wanita yang selalu ada baginya. Ia harus mengingkari janjinya karena sebuah pilihan. Pilihan yang sulit baginya untuk tidak dipilih. Sekolah di luar negeri dengan beasiswa penuh adalah impian besar banyak orang. Sulit bagi orang itu untuk menolaknya, sekali pun ada sesuatu yang menahannya. Rayhan Samuel, penerima beasiswa penuh untuk kuliah di luar negeri pun demikian. Meski ada sesuatu yang menahannya, ia tetap menerima beasiswa itu. Impian besar banyak orang dan juga dirinya itu, tidak mungkin kesempatan itu dia buang begitu saja. "Kamu janji, ka-kamu nggak akan ninggalin aku. Kita bakal sama-sama terus. Ta-tapi sekarang..." sebuah tangisan berhasil menembus pelupuk matanya. Ia tidak mau menangis di hadapan Rayhan. Nam...

Alam Pikiran Rico

Rico, Apa yang sedang kamu lakukan di sini? ——— "Bang? Sudah belum? Cepat! Nanti keburu ketahuan! Bang!" tanya Rian, yang kini mulai jengkel karena ulah Rico yang begitu lama dalam memecahkan kode brangkas itu.  "Ada apa sama Bang Rico? Kok tumben lama sekali membuka brankasnya?" Rafi pun ikut heran karenanya. "Iya, nih. Kira-kira ada apa, ya? Apakah dia tertidur?" "Ah, entahlah. Sudah tunggu saja." Rian dan Rafi kini hanya berdiam diri menunggu Rico yang masih saja termenung di depan brankas itu. Rico memang dikenal ahli dalam memecahkan kode-kode angka. Namun, keahliannya itu ia gunakan untuk merampok bank. Keahliannya itu dapat ia miliki karena dulu terjadi suatu kecelakaan pesawat kepada dirinya. Sehingga, ia mengalami gegar otak ringan yang menyebabkan ia jadi ahli dalam hal angka dan ia pun mengalami psikokinesis, yaitu kemampuan memanipulasi sebuah objek fisik hanya dengan pikiran semata-mata. Sebuah objek, bisa berupa benda,  tubuh maupun...

Bintang Pilihan

Seorang pemuda tengah terbaring di bawah langit malam bertabur bintang di puncak Gunung Manglayang. "Bintang mana yang harus aku gapai?" gumam pemuda itu. Ia masih saja fokus menatap langit di depan tendanya. Sedangkan teman-teman kelasnnya sudah tertidur pulas di dalam tendanya masing-masing karena perjalanan jauh yang baru saja mereka lalui. Mendaki gunung sebagai refreshing sebelum menempuh ujian akhir nanti. "Fatah?" panggil seorang gadis kepada pemuda yang bernama Fatah itu. "Eh, Intan," sahut Fatah sambil mengatur posisi duduknya. "Kamu belum tidur?" "Aku gabisa tidur. Aku iseng aja keluar, di dalam tenda gerah. Terus aku lihat masih ada orang, ternyata itu kamu." jawab Intan dan langsung duduk di samping Fatah. "Ouh," sahut Fatah singkat. "Kamu kenapa belum tidur?" Tidak ada jawaban dari Fatah. Ia masih saja memandangi langit yang dipenuhi bintang itu. "Fatah?" panggil Intan, karena Fatah tidak kunju...

Manusia Paling Sialan

Seragam rapih, sepatu pun terpakai erat, siap untuk pergi ke sekolah. Perjalanan menuju sekolah memang cukup panjang. Perlu jalan kaki lebih dulu untuk ke tempat angkot, barulah setelah itu pergi dengan angkot untuk sampai ke sekolah. Melalui jalan-jalan kecil, beberapa gang, dan banyak belokan, sampailah aku di depan jalan besar yang akan membawaku ke tempat angkot. Siap untuk menyebrang, aku fokus memerhatikan banyak kendaraan lalu lalang yang datang dari arah sebelah kananku. Ternyata, bukan hanya aku yang ingin sampai di tepi jalan yang lain, tapi banyak orang. Ada ibu-ibu yang baru pulang belanja dari pasar, juga bapak-bapak yang tampak terburu-buru entah ingin pergi ke mana, dan beberapa anak sekolah sepertiku tentunya ingin pergi ke sekolahnya masing-masing. Di antara anak-anak sekolah itu, satu orang perempuan mungil menarik perhatianku. "Sepertinya aku kenal dia. Mmmm.... Ah iya! Dia kan teman kelasku." Ya, dia memang teman kelasku. Kelas baru di tahun ajaran baru. A...

Tentang Kita

Kita adalah temu yang tak saling bertemu. Kita adalah kenal yang tak saling mengenal. Kita adalah dekat yang tak pernah dekat. Dan, kita adalah satu yang tak penah menyatu. Kita pernah bertemu, tapi bukan temu yang sebenarnya temu. Kita memang saling kenal, tapi bukan kenal yang sebenarnya kenal. Kita memang dekat, tapi bukan dekat yang sebenarnya dekat. Kita juga pernah menyatu, tapi bukan satu yang sebenarnya satu. Pertemuan kita memang sangat sederhana. Tidak ada jabatan tangan seraya menyebutkan nama. Kita kenal dengan sendirinya. Kedekatan kita tercipta secara tiba-tiba. Kedatanganmu tidak pernah kuduga. Daya tarikmu sekejap menarik-narik jiwa untuk saling merajut kisah. Ibarat selatan yang baru bertemu utara. Ibarat kanan yang baru bertemu kiri. Ibarat bumi yang sedang kejatuhan langit.