Langsung ke konten utama

Review Buku: Getting To Yes

 Resensi buku non-fiksi: Getting To Yes


Identitas Buku: 

Getting To Yes: Trik Mencapai Kata Sepakat untuk Setiap Perbedaan Pendapat

Oleh Roger Fisher, William Ury, dan Bruce Patton

Penerjemah: Mila Hidajat

Penerbit Gramedia Pustaka Utama

Cetakan kelima (edisi ketiga): Maret 2020

Jumlah Halaman: 314


Pendahuluan:

Secara umum, Getting To Yes menawarkan sebuah metode negosiasi yang dikenal sebagai Negosiasi Berprinsip. Seringkali perbedaan pendapat menjadikan dua pihak ingin saling mengalahkan satu sama lain, hanya berfokus pada apa yang mau dan tidak mau dilakukan oleh masing-masing pihak. Dengan Negosiasi Berprinsip perbedaan pendapat diharapkan dapat diselesaikan dengan kesepakatan yang menekankan pada keuntungan bersama bila memungkinkan, dan ketika kepentingan kedua pihak bertentangan, maka harus didasarkan pada standar yang adil dan terbebas dari keinginan masing-masing.

Para penulis merupakan mereka yang tergabung dalam Harvard Negotiation Project sekaligus menjadi tempat di mana Negosiasi Berprinsip dikembangkan. Dengan Bruce Patton merupakan editor pada edisi pertama dan mulai dicantumkan sebagai penulis di edisi kedua.


Isi Buku:

Negosiasi dianggap adil apabila mampu menghasilkan kesepakatan yang bijaksana secara efisien dan damai. Masalah utama yang disajikan adalah seringkali seseorang melakukan tawar-menawar posisi yang menjadikan negosiasi sulit menghasilkan kesepakatan yang bijaksana, serta tidak efisien, dan bisa mengancam hubungan yang berkelanjutan. Masalah lainnya adalah ketika dilema untuk menggunakan cara lunak atau keras. Cara lunak digunakan untuk mencapai penyelesaian yang damai, walau pada akhirnya seringkali harus mengalah. Sedangkan cara keras digunakan hanya untuk mencapai kemenangan, sayangnya sikap keras pun bisa dibalas sama kerasnya yang merugikan diri sendiri dan memperburuk hubungan.

Ada pun Negosiasi Berprinsip dapat diringkas menjadi empat poin dasar seperti berikut:

  1. Pisahkan orang-orang dari permasalahan. Maksudnya adalah setiap pihak harus saling bekerja sama untuk memerangi masalah, bukan memerangi satu sama lain.
  2. Berfokus pada kepentingan, bukan posisi. Sebab posisi dalam negosiasi seringkali mengaburkan keinginan yang sebenarnya.
  3. Sebelum mencapai kesepakatan, ciptakan berbagai pilihan demi keuntungan bersama. Dengan adanya pilihan, maka akan tersedia waktu khusus untuk memikirkan berbagai solusi dikala menemui kesulitan dalam mengambil keputusan.
  4. Bersikeras menggunakan kriteria objektif. Berupa standar yang adil seperti nilai pasar, pendapat ahli, kebiasaan, atau hukum yang relevan.

Tidak hanya sekadar metode, Getting To Yes juga turut menyajikan kiat-kiat pencegahan apabila metode tidak bisa dijalankan, seperti melawan orang yang lebih kuat, atau mereka yang tidak mau diajak bernegosiasi, bahkan untuk melawan mereka yang menggunakan trik-trik kotor.

Kelebihan:

Elaborasi secara analitis mampu menggambarkan kompleksitas materi guna melengkapi berbagai tantangan pada edisi sebelumnya. 

Edisi ini dapat menjadi acuan dasar terhadap pengembangan tahapan negosiasi secara modern yang dapat diterapkan pada berbagai aspek seperti diplomasi, bisnis, hukum, dan sejenisnya.

Penyediaan contoh dari berbagai aspek negosiasi dapat membantu bagi pembaca untuk bisa membayangkan negosiasi tersebut secara praktikal.

Kekurangan:

Penyajian materi yang terkesan lebih seperti jurnal ketimbang buku pengembangan diri pada umumnya menjadikan pembaca 

Bahasa yang formal kemungkinan besar sulit dimengerti oleh sebagian pembaca, apalagi buku ini menyatakan diri sebagai buku pengembangan diri.

Penjelasan yang terperinci terasa seperti diulang-ulang di beberapa bagian sehingga membosankan bagi mereka yang sudah mengerti intinya.

Kesimpulan:

Getting To Yes adalah buku yang sangat bermanfaat bagi mereka yang sedang terjebak dalam perbedaan pendapat tak berkesudahan. Metode yang ditawarkan tidak hanya berfokus pada keuntungan, tapi juga hubungan baik antar sesama.

Buku ini pun bisa dijadikan sebagai acuan bagi kamu yang ingin mengenal negosiasi lebih dalam lagi. Mendapatkan pemahaman baru tentang negosiasi yang selama ini diartikan sebagai kegiatan untuk mengalahkan satu sama lain. Negosiasi yang baik adalah yang menghasilkan kesepakatan yang bijak serta adil bagi kedua belah pihak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapsul Waktu

 Matahari belum sempurna terbit di timur, tapi seorang perempuan terlihat amat terburu-buru. Dengan Hoodie warna biru dan rok rample -nya Rita melangkah dengan cepat, bahkan nyaris berlari. Hari ini adalah hari yang spesial. Hari yang paling ditunggu oleh Rita. Tujuannya adalah taman kota. Tepatnya di dekat pohon besar. Di sana, di dalam tanah, Rita akan membuka kapsul waktu yang pernah ia tanam bersama seorang laki-laki yang ia cintai empat tahun lalu. Namanya Rangga. Dia adalah orang yang pemalu. Payah sekali dalam bergaul. Bahkan teman pun tidak punya. Sebaliknya, Rita adalah orang yang aktif. Gemar bergaul dan punya banyak teman. Tapi ia payah sekali kalau sudah bicara soal perasaan. Dan kelemahan utamanya adalah, dia mencintai Rangga. Empat tahun yang lalu adalah masa sekolah menengah. Keduanya berkawan baik. Rita memang mencintai Rangga, tapi ia tidak pernah berani untuk bilang. Jangan tanya bagaimana Rangga. Dia pendiam. Dia selalu senang dekat dengan Rita. Tapi tidak pernah...

Malam Sunyi

 Aku punya rutinitas Malam Jum'at. Adalah mendengarkan cerita horor di radio sebelum tidur. Maka Malam Jum'at kali ini pun sama, meskipun ada tugas sekolah yang harus aku selesaikan. Usai makan malam aku segera kembali ke kamar. Menyiapkan buku di meja belajar. Menyiapkan alat tulisnya juga. Tidak lupa menyalakan lampu belajar untuk mendapatkan penerangan. Barulah aku beranjak untuk mematikan lampu kamar. Radio sudah diputar dalam ponsel. Aku juga menggunakan earphone agar suaranya lebih jelas terdengar dan lebih mencekam. Penyiar mulai menyapa pendengar. Bersamaan dengan itu aku pun mulai mengerjakan tugasku. Selagi menunggu penyiar sibuk mengobrol sana-sini, aku juga sama sibuknya dengan isi kepala sendiri. Beruntung tugas kali ini tidak sulit, jadi bisa dengan mudah aku selesaikan. Tepat saat aku menutup buku, cerita seram pun dimulai. Lampu kamar sudah dimatikan. Lampu belajar juga segera padam seiring dengan selesainya tugas sekolah. Kamar sudah sepenuhnya gelap. Jendela ...

Perjuangan dan Penantian

 Restoran baru saja buka. Rangga sedang beristirahat sejenak usai bersiap-siap. Selagi menunggu pelanggan datang, Rangga mengambil ponselnya yang sama sekali belum ia buka lagi sedari semalam. Kemarin adalah akhir bulan, jadi Rangga sibuk membuat laporan keuangan bulanan untuk kemudian dilaporkan pada ibunya. Beruntung hasil laporannya baik. Ibu Rangga memujinya. Bahkan penghasilan restoran jauh meningkat dari bulan sebelumnya. Ada satu kebiasaan yang sering Rangga lakukan beberapa waktu terakhir dengan ponselnya. Meskipun Rangga pernah bercerita kepada para karyawan tentang kekasihnya di Inggris dan mereka menyarankan Rangga untuk lepas dan melupa, tapi tidak mudah bagi Rangga untuk melupakannya begitu saja. Rangga masih kerap mengirim pesan meskipun ia tau bahwa tidak akan mendapatkan balasan. Bahkan ia jadikan ruang obrolan itu seolah buku harian. Rangga akan mengirim pesan setiap kali ada hal menarik yang ia alami. Kali ini Rangga pun ingin melakukannya lagi, tapi ia dikejutkan...