Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup berakal di Bumi. Sayangnya, akal mereka seringkali dipakai untuk memenuhi kepentingan pribadi dan menentang aturan yang tidak sejalan dengan jalan pikirannya--sekalipun aturan itu benar dan jalan pikirannya lah yang keliru.
Manusia juga seringkali menentang aturan alam--khususnya belakangan ini. Aturan alam yang sudah berlaku lebih dari ribuan tahun lamanya, bisa dipandang buruk oleh beberapa manusia. Belum lagi, akal seringkali melibatkan perasaan sebagai objek adu dombanya.
Ketimbang menentang, seharusnya akal bisa dipakai untuk mencari tau apa yang memang belum diketahui. Tentu ada alasan mengapa aturan alam bisa bertahan dan tetap berlaku selama ribuan tahun. Alasan itulah yang seharusnya dicari tau oleh akal. Sayangnya, akal seringkali disalahgunakan, menentang aturan alam untuk mendukung kepentingan pribadi. Yang paling menyeramkan adalah, ketika pola pikir yang keliru itu justru mengajak lebih banyak orang--yang berakal juga--untuk mendukung pola pikirnya--yang keliru.
Mereka seolah membuat kelabu di antara hitam dan putih. Memutarbalikkan apa yang di atas menjadi di bawah, apa yang di depan menjadi di belakang, apa yang seharusnya baik jadi buruk di mata mereka, dan yang seharusnya buruk justru dipandang baik oleh mereka. Lagi-lagi perasaan seringkali dijadikan objek adu domba.
Mereka akan berlindung di balik topeng bernama, "logika." Lupa kalau logika adalah ranah kelabu yang belum terbukti hitam dan putihnya tanpa data yang valid dan fakta yang aktual.
Komentar
Posting Komentar