Sebuah mobil melesat maju menyusuri lintasan balap. Meninggalkan mobil-mobil lain jauh di belakangnya. Mereka yang saling berlomba-lomba untuk merebut posisi terdepan. Memasuki putaran terakhir, Rio masih menjadi yang terdepan. Hingga terlihat garis finish sebagai tanda berakhirnya balapan, Rio pun semakin menancap gas melesat segera melewati garis itu.
"Gelar juara sudah di depan mata." kata Rio.
Akhirnya, Rio pun berhasil menjadi orang pertama yang melewati garis finish. Sorak-sorai penonton bertepuk tangan atas keberhasilan Rio. Gelar pertama baginya setelah tiga kali seri balapan berturut-turut menduduki posisi empat. Tidak butuh waktu lama, orang kedua, ketiga, dan seterusnya mulai berdatangan silih berganti. Flores, juara bertahan tiga seri sebelumnya yang kini harus puas menduduki satu kursi di belakang Rio, datang mendekati Rio guna memberi selamat.
"Selamat Rio. Pencapaian yang bagus." kata Flores memuji.
"Terimakasih, Flores. Kau juga hebat. Menjuarai tiga seri berturut-turut adalah pencapaian yang sangat luar biasa. Saya belajar banyak darimu." sahut Rio, balik memuji.
"Haha, yang lalu biar berlalu. Sekarang mari kita rayakan kemenanganmu, Rio Cakrawangsa."
Tanpa sadar, kedekatan dua juara itu mengundang decak kagum para penonton. Tepuk tangan riuh penonton menggema seisi sirkuit. Tapi, keriuhan itu tidak bertahan lama. Penonton serentak diam ketika sekelompok orang berpakaian serba hitam dan berbadan besar muncul di antara penonton lalu turun menuju lintasan dan menemui para pembalap. Di antara mereka tampak seorang pria dengan pakaian paling rapih dibanding yang lain, berjalan paling depan.
"Selamat, Rio Cakrawangsa!" serunya sambil bertepuk tangan.
Kedatangan sekelompok orang itu pun sontak membuat para penonton heran, terlebih penonton yang tadi duduk di sebelah mereka. Bukan hanya penonton, para pembalap juga.
"Terimakasih, Tuan." sahut Rio.
Tuan, begitu Rio menyebutnya. Bukan asal sebut, tapi dilihat dari penampilannya yang sangat rapih dan kedatangannya pun dibarengi beberapa orang berbadan besar di belakangnya. Tampak bahwa dia adalah seseorang yang memiliki nama besar.
"Siapa dia, Rio? Apa kamu mengenalnya?" tanya Flores berbisik.
"Mmm, tidak. Saya baru pertama kali melihatnya." jawab Rio.
Orang itu pun tersenyum setelah Rio menerima kedatangannya dengan baik. Setelah itu, ia pun beralih menatap pembalap lainnya yang sama-sama memusat-kan pandangannya ke satu titik, yaitu dirinya.
"Oh iya! Selamat juga untuk kalian semua. Masih banyak kesempatan untuk menjadi juara di seri-seri berikutnya, bukan? Saat ini, keberuntungan sedang berpihak ke Rio." serunya.
"Maaf, Tuan. Dalam sebuah kompetisi, tidak ada yang namanya keberuntungan. Rio murni juara karena kemampuannya. Dia memang pantas." bantah Flores cepat.
Orang itu terkekeh kecil. "Kau memang pembalap yang besar hati, Flores Abisatya. Tapi, memangnya kamu tidak pantas untuk kembali menjadi yang pertama?"
Flores dibuat bungkam oleh perkataan itu. Namun tidak lama, kekehan kecil kembali terdengar dari mulut orang itu.
"Hahaha... Saya bercanda. Rio memang pantas menerimanya. Dia pembalap yang hebat. Tapi, bukan berarti yang lain tidak bisa mendapatkannya, bukan?"
Komentar
Posting Komentar