Langsung ke konten utama

Buka Bekal Bersama

Ramadhan sebentar lagi akan berakhir. Bahkan sampai akhir pun, aku tidak mendapatkan satu pun ajakan untuk Buka Bersama (Bukber). Bukannya aku berharap, aku hanya ingin dianggap ada. Aku memang seorang pendiam. Berkumpul dengan banyak orang juga sebenarnya melelahkan. Tapi kalau sampai tidak ada lagi yang menyebut namaku, itu benar-benar menyedihkan.

Kalau aku boleh berharap, aku ingin berharap sekali. Ada satu ajakan bukber yang selalu aku tunggu tiap tahun. Sekali lagi, aku memang seorang pendiam, tapi bukan berarti tidak punya teman. Aku punya beberapa teman. Bahkan tergabung dalam sebuah lingkaran pertemanan. Kalau kucoba ingat lagi, sebenarnya aku lebih suka menyendiri. Tidak sampai seseorang datang padaku, menjadikan aku teman, bahkan mengundangku untuk bergabung dalam lingkaran pertemanannya. Padahal dia tau aku adalah seorang pendiam, boleh jadi keberadaanku hanya akan mengganggu mereka nantinya. Tapi katanya, aku dibutuhkan.

"Orang pendiam biasanya sibuk dengan pikirannya sendiri. Teman-temanku tidak ada yang suka berpikir. Jadi aku ingin punya seorang pemikir dalam lingkaran pertemananku!" 

Namanya Kayla. Lingkaran pertemanan Kayla tidak begitu besar. Hanya ada dua orang lainnya, Sulaiman dan Sari. Sebenarnya aku seringkali menemukan mereka makan bersama di kantin, atau belajar bersama di perpustakaan kampus, atau terkadang juga aku menemukan mereka di jalan pulang. Kayla orang yang seru, sama seperti Sulaiman, tapi Kayla sepertinya punya gudang semangat yang lebih luas. Dan Sari adalah orang yang santai. Katanya dia kerap kali jadi penengah kalau-kalau ada perdebatan antara Kayla dan Sulaiman. Sari bilang, kedatanganku sudah seperti Pahlawan Kesiangan!

Aku mendapat pesan dari Kayla. Satu harapanku terkabul. Sebuah ajakan Buka Bersama. Tapi aku sedikit mengerutkan kening ketika membaca detail pesannya. Kayla juga merupakan seseorang yang sulit ditebak. Termasuk isi pesannya kali ini. Aku benar-benar tidak menduganya sama sekali. Dia memintaku membawa bekal makanan.

"Kita bakal bukber dengan saling tukar bekal!" kata Kayla.

...

Tempat berkumpulnya adalah di rumah Sari. Aku sampai di tempat paling pertama, seperti biasa. Sulaiman datang tidak lama setelahku. Soal Kayla, tidak usah ditanya. Dia benar-benar terlambat. Dia baru sampai saat matahari hampir tenggelam. Padahal perjanjiannya adalah untuk berkumpul di pukul lima. Karena Sari sudah menyiapkan beberapa permainan untuk dimainkan. Juga sebagai waktu luang untuk saling bertanya kabar. Kayla benar-benar keterlaluan. Tapi dia selalu seperti itu. Kayla mudah sekali ditebak untuk yang satu ini. Makanya kami tidak sibuk menunggu Kayla untuk datang dan langsung memulai permainan.


"Maaf aku terlambat, Teman-teman." kata Kayla sambil terengah-engah. Kemudian segera mengambil tempat di sampingku. "Tadi siang aku ketiduran." kata Kayla lagi. "Aku terlambat sebab memasak dulu tadi."

"Buka bersama bawa bekal sendiri itu ide siapa, ya?" tanya Sulaiman menyindir.

Ini adalah mode paling menyeramkan dari seorang Kayla: Matanya yang sipit ia paksa untuk melotot. Kalau dilihat baik-baik, dari mulutnya mencuat dua gigi taring. Dan yang paling menyeramkan adalah suara melengkingnya.

"SULAIMAN!!!"

Sari suka sekali film horor. Makanya, meski Kayla sedang dalam mode seram, dia malah tertawa lebar. Tapi hanya sebentar. Sebab setelahnya, ia langsung menjalankan tugasnya: menjadi penengah antara Kayla dan Sulaiman.

Kayla dan Sulaiman sering sekali bertengkar. Sebab mereka adalah teman sedari kecil. Meski sering bertengkar, mereka adalah tim yang baik. Kata Sari, mereka bahkan pernah menyiapkan kejutan ulang tahun untuknya.

Acara utama kembali berlangsung. Semua bekal sudah terkumpul di tengah-tengah kami. Aku dengan kotak bekal makan warna biru. Punya Sulaiman adalah warnah hijau. Menu makan Sari sudah terpampang jelas di hadapan kami. Ditaruh di atas piring langsung. Bukan di dalam kotak bekal. Sebab katanya dia tidak pergi kemana-mana. Ini adalah rumahnya. Sedangkan kotak bekal hanya dipakai saat bepergian saja. Hal itu sontak mengaktifkan kembali mode seram Kayla. Tapi Sari suka horor. Makanya dia bukannya takut tapi malah nyengir kuda.

Kotak bekal makan Kayla adalah yang paling mewah. Di dalamnya terdapat banyak sekali ruang, sudah seperti denah rumah. Tapi bukan ruang kosong. Masing-masing ruangnya terisi penuh dengan menu makan berbeda-beda.

Selanjutnya adalah waktu undian. Seperti yang Kayla bilang, kita akan saling menukar bekal. Maka undian diperlukan untuk menentukan bekal siapa akan dimakan oleh siapa. Undian sederhana. Aku yang pertama kali memilih. Kayla menyodorkan tangannya dan memintaku untuk mengambil satu gulungan kertas kecil di tangannya. Selanjutnya adalah Sulaiman. Kemudian Kayla sendiri. Dan Sari adalah yang terakhir.

Aku mendapatkan bekal makan Sulaiman. Sulaiman dapat bekal makan Kayla. Bekal makanku akan diambil oleh Sari. Dan bekal makan Sari... sepiring nasi Sari maksudnya, adalah milik Kayla.

"Sari, ayo bertukar denganku!" Kayla sepertinya tidak terima dengan hasil undiannya.

Mode seram Kayla sekali lagi aktif. Matanya melotot tajam dan mengirimkan sinyal ancaman pada Sari. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Sari tidak tertawa. Ia sempat melihat ke arah Sulaiman. Mendapat anggukan kepala dari Sulaiman, ia pun langsung tunduk dan patuh. Bekal makanku resmi pindah tangan.

"Masa aku makan nasiku sendiri?" Sari baru sadar kalau nama yang didapat Kayla adalah namanya sendiri.

Melihat itu, aku pun mencoba mengalah. "Biar tukar denganku saja, Sari." kataku. Bekal makan Sulaiman kini ada di tangan Sari. Sedangkan nasi Sari jadi punyaku.

Seolah merasa tidak diajak dalam tukar-menukar, Sulaiman pun ingin ikut serta. "Biar nasi Sari buatku saja." kata Sulaiman.

Sekali lagi pertukaran terjadi. Hasil akhirnya adalah hanya ada pertukaran antara dua orang. Aku bertukar dengan Kayla dan Sulaiman bertukar dengan Sari. Alhasil, kami semua sama sama menertawai hasil akhir itu.

Setelah pengundian yang panjang, tidak lama setelah itu dari toa masjid dekat rumah Sari, berkumandang Adzan Maghrib sebagai tanda waktu berbuka puasa.

...

Aku dan Sulaiman hanya makan sedikit bekal yang kami terima. Maksudnya belum dimakan habis. Sebab kami berdua akan pergi sholat berjamaah di masjid. Itu sudah jadi peraturan bersama. Tidak seperti bukber yang lain, sholat tetap jadi kewajiban bagi kami semua. Bahkan ada lelucon yang bilang bahwa bukber adalah cara untuk meninggalkan sholat dengan gaya. Maka lelucon itu tidak berlaku bagi kami.

"Menurutmu bagaimana?" tanya Sulaiman dalam perjalanan ke masjid.

"Bukber kali ini lebih menyenangkan." jawabku. "Kayla memang tidak bisa ditebak. Siapa juga yang terpikirkan untuk bukber dengan membawa bekal dari rumah."

Sulaiman tertawa kecil. "Kayla memang seperti itu. Tapi apa yang dipikirkan Kayla itu artinya sudah dipikirkan dengan matang. Orang memang akan melihatnya sebagai asal bunyi saja. Karena Kayla memang suka sekali berbicara. Tapi dia adalah seorang pemikir!"

Aku mengangguk-angguk. "Kamu tau kenapa Kayla mengusulkan ide bukber kali ini?"

Sulaiman terdiam sebentar. "Sebenarnya aku dilarang Kayla untuk memberitahumu."

"Kenapa begitu?" tanyaku lagi.

"Apa kamu pernah memasak sesuatu untuk Kayla?" Sulaiman malah balik bertanya.

Aku berusaha mengingat. "Sepertinya pernah. Aku pernah membawakan Kayla sup sewaktu dia sakit."

Sulaiman mengangguk sekali. "Kau tau, tadi dia senang sekali sewaktu berhasil mendapatkan bekal makanmu. Itu karena dia mau makan masakanmu lagi." jawabnya kemudian.

Belum sempat aku bertanya lebih lanjut, kami sudah sampai di depan masjid. Sulaiman pun buru-buru sekali pergi ke kamar mandi. Jadilah malam itu aku sholat dengan sambil bertanya-tanya. Bahkan aku sampai salah gerakan di rakaat kedua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapsul Waktu

 Matahari belum sempurna terbit di timur, tapi seorang perempuan terlihat amat terburu-buru. Dengan Hoodie warna biru dan rok rample -nya Rita melangkah dengan cepat, bahkan nyaris berlari. Hari ini adalah hari yang spesial. Hari yang paling ditunggu oleh Rita. Tujuannya adalah taman kota. Tepatnya di dekat pohon besar. Di sana, di dalam tanah, Rita akan membuka kapsul waktu yang pernah ia tanam bersama seorang laki-laki yang ia cintai empat tahun lalu. Namanya Rangga. Dia adalah orang yang pemalu. Payah sekali dalam bergaul. Bahkan teman pun tidak punya. Sebaliknya, Rita adalah orang yang aktif. Gemar bergaul dan punya banyak teman. Tapi ia payah sekali kalau sudah bicara soal perasaan. Dan kelemahan utamanya adalah, dia mencintai Rangga. Empat tahun yang lalu adalah masa sekolah menengah. Keduanya berkawan baik. Rita memang mencintai Rangga, tapi ia tidak pernah berani untuk bilang. Jangan tanya bagaimana Rangga. Dia pendiam. Dia selalu senang dekat dengan Rita. Tapi tidak pernah...

Malam Sunyi

 Aku punya rutinitas Malam Jum'at. Adalah mendengarkan cerita horor di radio sebelum tidur. Maka Malam Jum'at kali ini pun sama, meskipun ada tugas sekolah yang harus aku selesaikan. Usai makan malam aku segera kembali ke kamar. Menyiapkan buku di meja belajar. Menyiapkan alat tulisnya juga. Tidak lupa menyalakan lampu belajar untuk mendapatkan penerangan. Barulah aku beranjak untuk mematikan lampu kamar. Radio sudah diputar dalam ponsel. Aku juga menggunakan earphone agar suaranya lebih jelas terdengar dan lebih mencekam. Penyiar mulai menyapa pendengar. Bersamaan dengan itu aku pun mulai mengerjakan tugasku. Selagi menunggu penyiar sibuk mengobrol sana-sini, aku juga sama sibuknya dengan isi kepala sendiri. Beruntung tugas kali ini tidak sulit, jadi bisa dengan mudah aku selesaikan. Tepat saat aku menutup buku, cerita seram pun dimulai. Lampu kamar sudah dimatikan. Lampu belajar juga segera padam seiring dengan selesainya tugas sekolah. Kamar sudah sepenuhnya gelap. Jendela ...

Taman Bunga

Hari ini akan ada petugas kesehatan dari puskesmas datang ke sekolah. Untuk melakukan penyuluhan seputar gizi, katanya. Sebagai guru pria, tenagaku dibutuhkan untuk segala kegiatan logistik. Menyiapkan panggung misalnya dari jauh-jauh hari. Saat hari yang ditetapkan akhirnya tiba, aku ditugaskan sekolah untuk menerima para perawat dari puskesmas di gerbang depan. Bersama seorang guru perempuan, aku sejenak bercakap dengan satpam di pos depan selagi menunggu tamu datang. Sebuah mobil minibus tampak bersiap untuk memasuki gerbang sekolah. Aku dibuat tertegun karenanya. Bulu kuduk serentak berdiri, merinding. Entah kenapa ada perasaan gugup. Degup jantung tiba-tiba saja berpacu lebih cepat dari biasanya. Semua perasaan itu seolah menjadi tanda kalau akan ada rindu yang terbalas sebentar lagi. Satpam bergegas menjalankan tugas. Membantu mobil yang baru datang untuk parkir dengan rapi. Aku pun bergegas menghampiri mobil itu untuk menyambut para penumpangnya. Satu per satu perawat turun dari...