Langsung ke konten utama

Dear Diary: TAHURA

Minggu, 28 Januari 2024.



Adalah hari paling nostalgia.

Perjalanan pertama di tahun 2024.

Hampir masuk tahun ketiga usai lulus dari bangku sekolah. Selama itu juga putus komunikasi dengan teman-teman (mungkin bukan putus, tapi memang tidak saling berkirim pesan). Beberapa Minggu lalu, komunikasi kembali terhubung ketika seorang teman tiba-tiba saja membuat sebuah kolom pesan majemuk untuk banyak orang. Sampai seorang lain menyampaikan sebuah rencana besar. Sayangnya rencana itu tidak direspon dengan baik oleh banyak orang. Belum cukup dengan gagalnya rencana besar itu, ia kembali menyampaikan rencana yang lain. Dan kali ini rencananya berhasil. Sebuah perjalanan sederhana menuju tempat menyenangkan dan menyegarkan, Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (TAHURA).

Aku punya banyak sejuta kenangan (hiperbola) dengan tempat itu. Perjalanan ini bukan kali pertama bagiku. Tapi di setiap perjalanan, tentu akan menciptakan pengalaman yang berbeda. Termasuk perjalanan kali ini.

Rekan perjalanan kali ini adalah teman-teman sekolah menengah, sebut saja reuni, setelah hampir tiga tahun tanpa kabar. Belum matangnya rencana perjalanan ini membuat sedikit kendala pada awalnya. Seperti tempat pertemuan yang tiba-tiba berubah, dan, tentu saja, keterlambatan beberapa orang (termasuk aku).


TAHURA itu luas. Dan tujuan perjalanan kami adalah tempat terjauh, Curug Omas Maribaya.

Selama perjalanan, ada banyak topik pembicaraan yang berputar di sekitar kami. Mulai dari candaan bahkan sampai bahasan serius seperti urusan negara dan lingkungan hidup. Mereka banyak bicara pengalaman. Berbagi cerita dan ilmu yang mereka dapat. Dan percakapan itu berhasil membuatku merasa tertinggal. Mereka melesat begitu cepat. Jauh berada di depan dan terus maju. Sedangkan aku, sudah jauh tertinggal, diam ditempat pula.



Meskipun begitu, aku bangga bisa kenal mereka. Dan mereka pun masih mengenalku. Bahkan seorang di antara mereka membicarakan salah satu tulisanku di blog.

Kalau biasanya cerita perjalanan akan kutaruh bersama cerita perjalanan lain sebagai "jurnal", tapi kali ini aku akan menyimpannya sebagai diary. Tempat yang sama dengan banyak kenangan di dalamnya adalah alasan kuat untuk itu.

Kenangan pertama, adalah perjalanan iseng bersama teman-teman. Sebenarnya, tujuan perjalanan kala itu adalah tebing keraton, tapi rupanya kami bahkan sudah salah jalan sejak langkah pertama. Meski begitu, untuk setiap tempat yang kami singgahi, semuanya adalah pengalaman menyenangkan.


Kenangan lainnya adalah bersama teman SMP. Maribaya adalah tujuan utama kami. Kami berhasil sampai di sana. Foto bersama di sana. Mencetak kenangan di sana. Dan capek bersama di sana.  Tapi kenangan, tidak sampai di situ; Ada seorang teman dalam perjalanan itu yang tidak pernah kuduga kami akan putus komunikasi secepat itu. Perlu diketahui, dia termasuk seorang anak yang masih awam dengan gadget bentuk dari batasan kedua orangtuanya. Ponsel biasa yang hanya bisa telepon dan berkirim pesan seharusnya sudah cukup katanya. Ia keluar sekolah, pindah sekolah, pindah tempat tinggal juga, ke luar negeri, kampung halaman anime-anime, dan yang membuat Indonesia banyak berharap untuk lolos 16 besar piala asia setelah dikalahkan, Jepang. Untuk ikut kedua orangtuanya. 2017 saat itu dan ia, seperti tenggelam di laut dalam. Dan tahun ini, 2024, sebuah kejutan datang dari instagram. Ia kembali muncul ke permukaan. Ia kembali. Meski sebenarnya ia sudah balik kampung sejak pandemi pertama kali muncul di Bumi. Itu pun baru kuketahui setelah melakukan wawancara singkat. Aku senang dia kembali.


Semuanya ada di TAHURA. Semua kenangan. Sayangnya kenangan romansa belum sekali pun pernah terukir di sana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapsul Waktu

 Matahari belum sempurna terbit di timur, tapi seorang perempuan terlihat amat terburu-buru. Dengan Hoodie warna biru dan rok rample -nya Rita melangkah dengan cepat, bahkan nyaris berlari. Hari ini adalah hari yang spesial. Hari yang paling ditunggu oleh Rita. Tujuannya adalah taman kota. Tepatnya di dekat pohon besar. Di sana, di dalam tanah, Rita akan membuka kapsul waktu yang pernah ia tanam bersama seorang laki-laki yang ia cintai empat tahun lalu. Namanya Rangga. Dia adalah orang yang pemalu. Payah sekali dalam bergaul. Bahkan teman pun tidak punya. Sebaliknya, Rita adalah orang yang aktif. Gemar bergaul dan punya banyak teman. Tapi ia payah sekali kalau sudah bicara soal perasaan. Dan kelemahan utamanya adalah, dia mencintai Rangga. Empat tahun yang lalu adalah masa sekolah menengah. Keduanya berkawan baik. Rita memang mencintai Rangga, tapi ia tidak pernah berani untuk bilang. Jangan tanya bagaimana Rangga. Dia pendiam. Dia selalu senang dekat dengan Rita. Tapi tidak pernah...

Malam Sunyi

 Aku punya rutinitas Malam Jum'at. Adalah mendengarkan cerita horor di radio sebelum tidur. Maka Malam Jum'at kali ini pun sama, meskipun ada tugas sekolah yang harus aku selesaikan. Usai makan malam aku segera kembali ke kamar. Menyiapkan buku di meja belajar. Menyiapkan alat tulisnya juga. Tidak lupa menyalakan lampu belajar untuk mendapatkan penerangan. Barulah aku beranjak untuk mematikan lampu kamar. Radio sudah diputar dalam ponsel. Aku juga menggunakan earphone agar suaranya lebih jelas terdengar dan lebih mencekam. Penyiar mulai menyapa pendengar. Bersamaan dengan itu aku pun mulai mengerjakan tugasku. Selagi menunggu penyiar sibuk mengobrol sana-sini, aku juga sama sibuknya dengan isi kepala sendiri. Beruntung tugas kali ini tidak sulit, jadi bisa dengan mudah aku selesaikan. Tepat saat aku menutup buku, cerita seram pun dimulai. Lampu kamar sudah dimatikan. Lampu belajar juga segera padam seiring dengan selesainya tugas sekolah. Kamar sudah sepenuhnya gelap. Jendela ...

Taman Bunga

Hari ini akan ada petugas kesehatan dari puskesmas datang ke sekolah. Untuk melakukan penyuluhan seputar gizi, katanya. Sebagai guru pria, tenagaku dibutuhkan untuk segala kegiatan logistik. Menyiapkan panggung misalnya dari jauh-jauh hari. Saat hari yang ditetapkan akhirnya tiba, aku ditugaskan sekolah untuk menerima para perawat dari puskesmas di gerbang depan. Bersama seorang guru perempuan, aku sejenak bercakap dengan satpam di pos depan selagi menunggu tamu datang. Sebuah mobil minibus tampak bersiap untuk memasuki gerbang sekolah. Aku dibuat tertegun karenanya. Bulu kuduk serentak berdiri, merinding. Entah kenapa ada perasaan gugup. Degup jantung tiba-tiba saja berpacu lebih cepat dari biasanya. Semua perasaan itu seolah menjadi tanda kalau akan ada rindu yang terbalas sebentar lagi. Satpam bergegas menjalankan tugas. Membantu mobil yang baru datang untuk parkir dengan rapi. Aku pun bergegas menghampiri mobil itu untuk menyambut para penumpangnya. Satu per satu perawat turun dari...