Pagi tadi sewaktu matahari baru siap tampil di panggung langit, aku mendapat telepon dari seorang teman. Berisikan ajakan untuk bepergian.
Tujuannya adalah Lembah Tengkorak. Terdengar menyeramkan, tapi aku tidak banyak tanya. Bahkan untuk setiap tempat yang pernah aku kunjungi, aku tidak pernah tau tempat itu, atau hanya sekadar mencari tahu pun tidak. Aku diajak, aku mau, aku pergi.
Perjalanan kali ini amat teramat sangat melelahkan sekali. Sampai kupikir kakiku akan lepas dari persendiannya. Perjalanan diawali dengan mengendarai motor. Dua jam lamanya jarak yang ditempuh sampai setengah perjalanan. Selanjutnya adalah dengan berjalan kaki untuk mendaki. Rupanya bukan hanya aku yang tidak tau perihal tempat yang aan dikunjungi. Bahkan semua peserta perjalanan pun sama tidak taunya. Kalau pun tahu hanya bekal mereka yang didapat dari internet. Sebab itulah pendakian jadi terasa melelahkan. Sebab kelemahan terbesar adalah ketidaktahuan seberapa jauh jarak yang akan ditempuh. Sebab yang lain adalah ketidaktahuan jalan mana yang harus dilalui.
Tidak ada yang mengira kalau perjalanan rupanya berlangsung sampai dua jam bahkan lebih. Medan yang dilalui benar-benar tidak mudah. Bukan hanya bicara soal medan pendakian, bahkan medan yang dilalui kala masih di atas kendaraan: Jalan bebatuan, dan yang paling menyebalkan adalah jalanan aspal yang rusak. Sedangkan medan pendakian adalah hutan. Hutannya lebat sekali. Bisa dibilang itu adalah gunung atau bukit dengan hutan paling lebat yang pernah aku daki. Lebat, minim cahaya matahari, banyak ditemukan pohon besar yang tumbang, banyak pohon pakis yang tinggi-tinggi, juga binatang-binatang kecil yang baru pertama kali aku lihat secara langsung, seperti kaki seribu seukuran pulpen, belalang kayu yang mirip sekali dengan ranting, dan ular; aku memang pernah melihat ular secara langsung di kebun binatang, tapi tidak sampai sedekat ini. Walaupun yang kulihat adalah ular kecil seukuran pensil.
Pendakian itu sudah seperti mendaki sampai puncak, kemudian turun lagi di arah yang berlawanan, ibarat kalau ada gua yang dibangun di kaki gunung/bukit bisa dengan cepat sampai di tujuan.
Lembah tengkorak tidak begitu menyeramkan seperti namanya. Tapi cukup menyeramkan bagi mereka yang gemar membaca cerita dongeng. Lembah tengkorak adalah sebuah lembah yang di sekitarnya terdapat sebuah danau seperti tempat tinggal monster rawa yang ada dalam cerita dongeng. Danau dengan air yang tenang, warnanya hitam atau gelap sebagai tanda kedalamannya dalam sekali, dan pohon-pohon yang tumbuh menjulang di beberapa tempat di permukaannya.
Jalan pulang tidak kalah melelahkan. Belum lagi ditambah hujan turun di tengah jalan (bukan jalan pendakian, tapi jalan motor). Aku jadi punya pengalaman berkendara di jalanan pengunungan di malam hari. Gelap, hanya ada lampu jalanan di beberapa titik. Setiap kali aku melewati satu lampu jalan sampai lampu berikutnya, bagiku sudah seperti memasuki sebuah terowongan yang gelap.
Aku pulang basah kuyup sebab tidak ada jas hujan di daftar barang bawaan.
Komentar
Posting Komentar