Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2021

Pahlawan Kecil

Bima senang sekali hari ini. Sepulang sekolah tadi, salah satu teman Bima mengundang teman satu kelas ke pesta ulang tahunnya malam nanti. Bima tambah senang lagi ketika tau kalau pestanya bertemakan superhero. Katanya kita semua harus memakai kostum superhero saat pesta nanti. "Bunda, Bima mau pakai kostum Spiderman, superhero favoritku. Tapi kostum terbaru, ya? Please." pinta Bima dengan mata berbinar saat baru pulang sekolah. "Kostum yang warna hitam itu, tuh. Punyanya Miles Morales." "Iya jagoan Bunda. Nanti Bunda minta pada Ayah agar membelikanmu kostum Spiderman yang baru sepulang dari kantor, ya?" Bima tersenyum lebar. "Makasih, Bunda. Bima sayang Bunda!" katanya sembari memeluk ibunya erat. Selepas makan siang, Bima langsung bergegas menuju kamar. Membaca koleksi komik spiderman yang dia punya. Memakai kostum Spiderman yang dipunyanya sekarang. Memikirkan gaya apa yang akan ia tampilkan di depan teman-teman nanti. Berdialog dengan action...

Dunia Sempit

Sebagian orang bilang, kalau dunia itu sempit. Alasannya, karena mereka bisa tiba-tiba bertemu orang yang selama ini punya sedikit peluang untuk ditemukan. Tapi bagiku, dunia ini masih terlalu luas. Aku belum bertemu siapa pun seperti yang mereka temukan. Perihal pertemuan tidak terduga, aku masih tidak percaya itu. Sebab selama ini, segala pertemuan yang aku alami, semuanya sudah dalam rencana dan selalu dalam duga. Apalagi pertemuan tidak terduga yang sampai terjadi berkali-kali. Terlihat sangat mustahil hanya untuk aku seorang. Sedikitnya peluang akan terjadinya pertemuan itu, tentu buat hidup jadi monoton. Kehilangan kejutan yang dunia kasih. Atau mungkin, aku masih menunggu giliran kapan hal itu akan terjadi padaku. Kalau memang akan terjadi, semoga tidak terjadi untuk waktu yang lama. Biar aku tidak hilang percaya lagi. "Ha-halo. Andi, ya?" Aku mengangkat kepalaku yang sedang sibuk menatap laptop tadinya. Duduk di dalam kafe, di pojok ruangan dekat jendela yang langsung...

Mati Gratis

Seorang penjual koran cilik berlari sekencang mungkin menerobos kerumunan orang. Jalanan ramai kendaraan disebranginya tanpa peduli sekitar. Sebuah mobil tetiba mengagetkannya, berhenti tepat di depannya setelah si pengemudi menginjak pedal rem sekuat tenaga. Si pengemudi mobil pun turun dan datang memarahi penjual koran cilik itu. Tidak peduli dengan perkataan si pengemudi mobil, penjual koran cilik cepat kembali berlari setelah ia lihat dua orang berseragam muncul di seberang jalan. Si pengemudi mobil sempat menahan tangannya sebentar, tapi dengan cepat ia menarik kembali tangannya dan terus berlari. Menjauh dari dua orang berseragam dan juga si pegemudi mobil. Sesekali ia menengok ke belakang. Gemuruh klakson kendaraan menggema seisi jalan. Sehabis lelah memarahi penjual koran cilik, rupanya si pengemudi balik dimarahi oleh keramaian. Jelas saja, sebab ia berhenti tepat di tengah jalan. ••• Aku menutup keras pintu depan. Bulir air mata mulai menghujani wajahku. Aku berlari kencang...

Tetap Hidup

 Aku mengerjap-ngerjap. Menyesuaikan pandangan yang masih kabur usai bangun tidur. Bulan baru bermain sebentar dengan para bintang. Tenggorokanku kering, perutku juga kosong. Aku tidak sempat makan malam tadi. Aku hancur. Hatiku patah. Dia yang aku kira benar-benar mencintaiku, rupanya dia menyimpan perempuan lain. Aku pulang dengan mata sembab. Ibu sempat bertanya kenapa, ada apa, tapi tidak aku jawab. Aku langsung pergi ke kamar, mau menangis sepanjang malam. Memilih untuk tidur cepat, siapa tau sakitnya sedikit mereda. Aku membuka pintu. Hendak ke dapur mengambil minum. Aku harap ibu juga menyimpan makanan untukku. Pintu terbuka. "A-apa? Kenapa seperti ini?" Kudapati ruang keluarga yang biasa kulihat ketika aku keluar kamar, kini sudah berganti. Menampilkan sebuah ruangan yang sama seperti kamarku, hanya saja ruangan itu tampak seperti kebalikan. Kamarnya berantakan. Buku-buku berceceran di mana-mana. Selimut membentang di meja belajar. Baju-baju bermain dengan para buku. ...