Langsung ke konten utama

Kesetaraan Bukan Jawaban

 Aku paham kenapa banyak perempuan telanjur menuntut kesetaraan setelah apa yang dialami perempuan secara umum, baik belakangan ini atau sejak dulu-dulu: penyiksaan, kekerasan seksual, atau segala bentuk tindakan tidak terpuji lainnya.

Para perempuan jadi enggan menerima kerendahan diri mereka. Berupaya menaikan derajat pribadi dengan harapan agar lebih dihargai lagi. Pada akhirnya, banyak bermunculan wanita karier, saling berlomba-lomba menempuh pendidikan setinggi-tingginya, bersikap angkuh dan tinggi hati semata-mata untuk mendapatkan perhatian. Dipandang hebat sebagai wanita terhormat.

Tidak ada yang salah dengan semua sikap itu. Semuanya adalah bentuk pembelaan diri dari para perempuan untuk memperoleh kembali haknya sebagai manusia. Sayangnya, kesetaraan bukanlah sebuah jawaban.

Semua ini terjadi sebab tidak adanya keadilan antarmanusia. Ketika satu orang merasa lebih superior dibanding yang lain. Padahal, era perbudakan sudah lama berakhir, tapi "konflik" antara laki-laki dan perempuan ini masih terus berlanjut dan tidak kunjung menemui titik temu.

Pelaku utamanya adalah para laki-laki tidak beradab yang akhirnya mempengaruhi pandangan dunia kepada laki-laki secara umum. Dunia kehilangan kepercayaan akan adanya laki-laki baik. Khususnya perempuan, akan memandang sinis dan waspada pada setiap gerak-gerik laki-laki yang ia temui. Belum lagi para ayah yang tidak berlaku sebagaimana mestinya dan ikut-ikutan berlaku tidak beradab, pada istri dan/atau anaknya. Ada pula orang-orang yang pura-pura bersikap baik hanya untuk menutupi segala tindakan tidak beradab dalam diri mereka.

Kalau dua pihak sudah saling hilang kepercayaan, bagaimana bisa menemui kata damai? Satu pihak menuntut haknya sebagai manusia dan enggan menerima kekurangan, pihak lain justru salah memahami hak yang dipunya dan akhirnya salah pula dalam bertindak dan berlaku semena-mena.

Sudah sepatutnya bagi sesama manusia untuk saling menghargai dan memuliakan. Maka bagi laki-laki punya beban yang lebih besar untuk melakukan dua hal itu. Sayangnya tidak banyak yang mampu melakukannya sebab dikalahkan oleh ego sendiri. Dari sinilah petaka itu dimulai.

Kesetaraan tidak akan pernah jadi nyata selama keadilan masih ditegakkan. Terdengar miris memang, dan kontradiksi. Para perempuan menggaungkan kesetaraan untuk menuntut keadilan, tapi dari tindakan mereka justru membuktikan adanya keadilan yang berbeda.

Sebab dalam kesetaraan, akan ada ketidakadilan bagi laki-laki baik dalam menjalankan haknya di kemudian hari. Dengan tidak terwujudnya kesetaraan sampai sekarang, keadilan inilah yang terus tegak berdiri.

Seandainya para perempuan menuntut keadilan, dengan tetap menjadi diri sendiri sebagaimana mestinya. Menerima kekurangan dan mengaku lemah sebagai seorang perempuan. Menjadi lemah sepatutnya bukanlah sebuah hal yang tidak terpuji, melainkan satu hal yang harus dimuliakan. Bukankah memuliakan anak-anak yatim terdengar lebih syahdu ketimbang pelayan memuliakan tuannya. Atau memuliakan orang-orang miskin ketimbang kemuliaan untuk si kaya.

Tidak akan pernah ada kata sepakat kalau semua fokus pada hak masing-masing tanpa mengerti apa yang diinginkan oleh pihak lain. Tidak akan pernah ada kata damai selama masing-masing pihak enggan mengakui kekurangan ataupun kesalahan sendiri dengan terus merasa angkuh dan pongah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapsul Waktu

 Matahari belum sempurna terbit di timur, tapi seorang perempuan terlihat amat terburu-buru. Dengan Hoodie warna biru dan rok rample -nya Rita melangkah dengan cepat, bahkan nyaris berlari. Hari ini adalah hari yang spesial. Hari yang paling ditunggu oleh Rita. Tujuannya adalah taman kota. Tepatnya di dekat pohon besar. Di sana, di dalam tanah, Rita akan membuka kapsul waktu yang pernah ia tanam bersama seorang laki-laki yang ia cintai empat tahun lalu. Namanya Rangga. Dia adalah orang yang pemalu. Payah sekali dalam bergaul. Bahkan teman pun tidak punya. Sebaliknya, Rita adalah orang yang aktif. Gemar bergaul dan punya banyak teman. Tapi ia payah sekali kalau sudah bicara soal perasaan. Dan kelemahan utamanya adalah, dia mencintai Rangga. Empat tahun yang lalu adalah masa sekolah menengah. Keduanya berkawan baik. Rita memang mencintai Rangga, tapi ia tidak pernah berani untuk bilang. Jangan tanya bagaimana Rangga. Dia pendiam. Dia selalu senang dekat dengan Rita. Tapi tidak pernah...

Malam Sunyi

 Aku punya rutinitas Malam Jum'at. Adalah mendengarkan cerita horor di radio sebelum tidur. Maka Malam Jum'at kali ini pun sama, meskipun ada tugas sekolah yang harus aku selesaikan. Usai makan malam aku segera kembali ke kamar. Menyiapkan buku di meja belajar. Menyiapkan alat tulisnya juga. Tidak lupa menyalakan lampu belajar untuk mendapatkan penerangan. Barulah aku beranjak untuk mematikan lampu kamar. Radio sudah diputar dalam ponsel. Aku juga menggunakan earphone agar suaranya lebih jelas terdengar dan lebih mencekam. Penyiar mulai menyapa pendengar. Bersamaan dengan itu aku pun mulai mengerjakan tugasku. Selagi menunggu penyiar sibuk mengobrol sana-sini, aku juga sama sibuknya dengan isi kepala sendiri. Beruntung tugas kali ini tidak sulit, jadi bisa dengan mudah aku selesaikan. Tepat saat aku menutup buku, cerita seram pun dimulai. Lampu kamar sudah dimatikan. Lampu belajar juga segera padam seiring dengan selesainya tugas sekolah. Kamar sudah sepenuhnya gelap. Jendela ...

Taman Bunga

Hari ini akan ada petugas kesehatan dari puskesmas datang ke sekolah. Untuk melakukan penyuluhan seputar gizi, katanya. Sebagai guru pria, tenagaku dibutuhkan untuk segala kegiatan logistik. Menyiapkan panggung misalnya dari jauh-jauh hari. Saat hari yang ditetapkan akhirnya tiba, aku ditugaskan sekolah untuk menerima para perawat dari puskesmas di gerbang depan. Bersama seorang guru perempuan, aku sejenak bercakap dengan satpam di pos depan selagi menunggu tamu datang. Sebuah mobil minibus tampak bersiap untuk memasuki gerbang sekolah. Aku dibuat tertegun karenanya. Bulu kuduk serentak berdiri, merinding. Entah kenapa ada perasaan gugup. Degup jantung tiba-tiba saja berpacu lebih cepat dari biasanya. Semua perasaan itu seolah menjadi tanda kalau akan ada rindu yang terbalas sebentar lagi. Satpam bergegas menjalankan tugas. Membantu mobil yang baru datang untuk parkir dengan rapi. Aku pun bergegas menghampiri mobil itu untuk menyambut para penumpangnya. Satu per satu perawat turun dari...