Langsung ke konten utama

Aku mencintaimu

 Lanjutan dari cerpen "Buka Bekal Bersama".


Itu adalah kali terakhir kami bertemu. Sudah lama sekali. Bahkan ketika Kayla meminta kami untuk bertemu lagi selepas lebaran, ada beberapa dari kami yang tidak bisa hadir sebab mudik ke kampung halaman. Setelah itu tidak ada lagi rencana pertemuan.

Biarpun sudah lama, entah kenapa aku masih saja terpikirkan perkataan Sulaiman. Memang tidak setiap waktu, tapi ingatan itu terkadang tiba-tiba muncul di kepala. Perihal Kayla yang ingin makan masakanku lagi.

Setiap kali aku ingat itu, jadi seperti ada perasaan senang. Dada pun berdegup lebih cepat. Aku jadi tersipu dan tiba-tiba saja merasa gugup.

Setelah banyak pertimbangan, aku minta pada Kayla untuk bertemu. Libur semester seharusnya ajakanku itu tidak menjadikan ajakan yang mengganggu. Kayla pun langsung setuju. Bahkan ia semangat sekali dan tidak sabar untuk bertemu.

Kami bertemu di mall dekat taman kota. Aku mengajaknya untuk makan siang bersama. Setelahnya, aku belum memikirkannya lagi. Mungkin akan pergi belanja atau ke bioskop. Aku masih belum tau. Aku takut Kayla akan menolaknya.

Kayla tampak cantik sekali dalam balutan pakaian santainya: Celana jeans, kaus, dan dilapisi kemeja panjang sebagai luaran. Satu hal yang membuatku pangling adalah dia memotong rambutnya sampai sejajar bahu. Ada jepit rambut kupu-kupu di kepalanya sebelah kanan. Dia juga menggendong tas kecil di punggungnya.

"Apa kabarmu, Kayla?"

"Wah, sudah berapa lama, ya, kita tidak bertemu?" Kayla tidak menjawab pertanyaanku. "Menurutmu bagaimana gaya rambut baruku? Sebenarnya ini bukan atas kemauanku, melainkan tuntutan pekerjaan. Aku bahkan tidak berhenti menangisi rambutku sendiri yang sudah kujaga sejak lama!"

"Itu cocok denganmu, Kayla. Kamu terlihat cantik."

Kayla tidak lagi menanggapi. Dia malah berbalik badan dan bergoyang ke kanan dan ke kiri. Entah kenapa aku malah tertawa melihat dia bertingkah seperti itu. Satu hal yang baru aku sadari tentang Kayla hari ini adalah dia tidak terlambat. Bahkan dia datang lebih dulu dan menungguku.

Aku dikejutkan dengan kehadiran dua orang lain di kejauhan. Seorang laki-laki dan perempuan yang tampak serasi, bahkan sambil bergandengan tangan.

"Sari! Sulaiman" Itu nama mereka. Kayla yang memanggilnya. 

Merasa namanya dipanggil, Sari buru-buru mendekat sampai-sampai Sulaiman ikut tertarik seperti truk gandeng. Begitu sudah dekat, Sari melepas genggaman tangan Sulaiman dan beralih memeluk Kayla.

"Kamu tambah cantik saja, Kay!" puji Sari.

Mendapat pelukan dari Sari, Kayla malah terlihat ingin segera melepaskannya. Bahkan pandangannya tampak serius.

"Sari!"

Sari terdiam. Pelukan terlepas. Kemudian Kayla balik melihatku. "Maaf aku izin ke toilet dulu, ya?"

"Ada apa, sih, Kay?" tanya Sari.

Kayla menggeleng. "Ayo antar aku ke toilet!"

Kayla menarik paksa tangan Sari. Sari bahkan tampak seperti anak kecil yang digandeng ibunya. Ia tidak berontak sama sekali dan hanya membiarkan dirinya ditarik seperti itu.

Aku sedikit tertawa melihat mereka. Sulaiman juga. Begitu melihat Sulaiman, tawaku perlahan mereda.

"Kenapa kalian tiba-tiba ada di sini?"

"Aku diberitahu Kayla. Memangnya Kayla tidak memberitahumu kalau aku dan Sari juga akan datang?"

Aku menggeleng. Aku hanya meminta Kayla untuk bertemu berdua saja. "Aku tidak tau kalian akan datang."

"Kayla memang bilang kalau kamu yang mengajaknya untuk bertemu. Apa hanya Kayla saja yang diajak?"

Entah kenapa aku panik. "Bukan begitu!"

Sulaiman malah tertawa. "Aku sudah jadian dengan Sari."

Aku mulai mengatur diri lagi. "Pantas saja kalian tampak mesra pakai pegangan tangan segala."

"Bukan itu maksudku." Sulaiman berubah serius. "Kamu mengajak Kayla untuk bertemu berdua, kan?"

Aku tidak menjawab pertanyaan Sulaiman dan terdiam sebentar. "Menurutmu, apakah Kayla menyukaiku?"

"Bagaimana aku tau itu! Kenapa tidak kamu tanyakan saja langsung ke orangnya?"

Bertepatan dengan kalimat itu, Kayla dan Sari kembali. Sari berjalan di depan dengan amat ceria. Sedangkan perempuan di belakangnya malah menunduk takut. Sari langsung datang menghampiri Sulaiman dan melingkarkan tangannya di lengan kekasihnya itu.

"Aku dan Sulaiman sudah jadian." kata Sari memberitahu.

"Aku sudah memberitahunya, Sari."

Sari hanya membulatkan mulutnya sambil mengangguk kecil.

"Sepertinya aku melupakan sesuatu." kata Sulaiman.

"Apa ada yang ketinggalan?" tanya Sari.

"Sepertinya begitu." Sulaiman beralih melihatku. "Maaf aku harus balik parkiran dulu."

Aku hanya mengangguk.

"Nikmati waktumu!" kata Sulaiman kemudian beranjak pergi.

Sari turut pergi juga dan enggan melepaskan kekasihnya itu pergi sendirian. Kayla sempat ingin menahan Sari untuk pergi, tapi Sari hanya mengepalkan dua tangannya pada Kayla. Pada akhirnya kami ditinggal berdua lagi. Hanya ada aku dan Kayla.

Entah kenapa suasana tiba-tiba berubah canggung. Bahkan ketika aku mencoba memanggil Kayla, di saat bersamaan juga Kayla sama-sama memanggilku. Alhasil suasana yang sudah canggung jadi semakin canggung.

Aku bergumam sebentar. "Kayla." panggilku. Kali ini Kayla hanya diam dan menunggu. "Apakah kamu menyukaiku?" tanyaku langsung pada intinya. Aku tidak punya kalimat lain untuk diungkapkan selain itu. Aku benar-benar gugup.

Kayla jadi tampak kikuk. "A-apa maksudmu? Kau bicara apa? A-aku--" Kalimat Kayla tertahan sebelum benar-benar selesai. Kepalanya tertunduk.

"Aku menyukaimu, Kayla."

Kayla seketika mengangkat kepalanya. Wajahnya tampak merah sekali. Dia tidak mengatakan apa-apa, tapi setelah itu adalah kejutan. Kayla datang memelukku. Aku yang belum siap dengan itu sempat terdorong dua langkah ke belakang.

Aku tidak langsung membalas pelukan Kayla. Aku belum siap dengan pelukan ini. Aku belum pernah menerima pelukan langsung seperti ini. Pelan-pelan aku mengangkat tangan dan bersiap membalasnya. Seolah tidak kunjung mendapatkan balasan, Kayla semakin mengeratkan pelukannya. Sambil menutup mata, pelukan itu akhirnya mendapatkan balasan juga. Aku berhasil memeluk Kayla.

Di kejauhan, kulihat ada seorang perempuan seolah sedang bersorak. Di sampingnya ada seorang laki-laki yang sibuk menenangkan perempuan itu. Itu Sari dan Sulaiman. Mereka hanya pura-pura pergi. Aku sedikit tertawa melihat tingkah mereka.

Kayla tiba-tiba berbisik di dekat telingaku, "Aku mencintaimu."


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapsul Waktu

 Matahari belum sempurna terbit di timur, tapi seorang perempuan terlihat amat terburu-buru. Dengan Hoodie warna biru dan rok rample -nya Rita melangkah dengan cepat, bahkan nyaris berlari. Hari ini adalah hari yang spesial. Hari yang paling ditunggu oleh Rita. Tujuannya adalah taman kota. Tepatnya di dekat pohon besar. Di sana, di dalam tanah, Rita akan membuka kapsul waktu yang pernah ia tanam bersama seorang laki-laki yang ia cintai empat tahun lalu. Namanya Rangga. Dia adalah orang yang pemalu. Payah sekali dalam bergaul. Bahkan teman pun tidak punya. Sebaliknya, Rita adalah orang yang aktif. Gemar bergaul dan punya banyak teman. Tapi ia payah sekali kalau sudah bicara soal perasaan. Dan kelemahan utamanya adalah, dia mencintai Rangga. Empat tahun yang lalu adalah masa sekolah menengah. Keduanya berkawan baik. Rita memang mencintai Rangga, tapi ia tidak pernah berani untuk bilang. Jangan tanya bagaimana Rangga. Dia pendiam. Dia selalu senang dekat dengan Rita. Tapi tidak pernah...

Malam Sunyi

 Aku punya rutinitas Malam Jum'at. Adalah mendengarkan cerita horor di radio sebelum tidur. Maka Malam Jum'at kali ini pun sama, meskipun ada tugas sekolah yang harus aku selesaikan. Usai makan malam aku segera kembali ke kamar. Menyiapkan buku di meja belajar. Menyiapkan alat tulisnya juga. Tidak lupa menyalakan lampu belajar untuk mendapatkan penerangan. Barulah aku beranjak untuk mematikan lampu kamar. Radio sudah diputar dalam ponsel. Aku juga menggunakan earphone agar suaranya lebih jelas terdengar dan lebih mencekam. Penyiar mulai menyapa pendengar. Bersamaan dengan itu aku pun mulai mengerjakan tugasku. Selagi menunggu penyiar sibuk mengobrol sana-sini, aku juga sama sibuknya dengan isi kepala sendiri. Beruntung tugas kali ini tidak sulit, jadi bisa dengan mudah aku selesaikan. Tepat saat aku menutup buku, cerita seram pun dimulai. Lampu kamar sudah dimatikan. Lampu belajar juga segera padam seiring dengan selesainya tugas sekolah. Kamar sudah sepenuhnya gelap. Jendela ...

Taman Bunga

Hari ini akan ada petugas kesehatan dari puskesmas datang ke sekolah. Untuk melakukan penyuluhan seputar gizi, katanya. Sebagai guru pria, tenagaku dibutuhkan untuk segala kegiatan logistik. Menyiapkan panggung misalnya dari jauh-jauh hari. Saat hari yang ditetapkan akhirnya tiba, aku ditugaskan sekolah untuk menerima para perawat dari puskesmas di gerbang depan. Bersama seorang guru perempuan, aku sejenak bercakap dengan satpam di pos depan selagi menunggu tamu datang. Sebuah mobil minibus tampak bersiap untuk memasuki gerbang sekolah. Aku dibuat tertegun karenanya. Bulu kuduk serentak berdiri, merinding. Entah kenapa ada perasaan gugup. Degup jantung tiba-tiba saja berpacu lebih cepat dari biasanya. Semua perasaan itu seolah menjadi tanda kalau akan ada rindu yang terbalas sebentar lagi. Satpam bergegas menjalankan tugas. Membantu mobil yang baru datang untuk parkir dengan rapi. Aku pun bergegas menghampiri mobil itu untuk menyambut para penumpangnya. Satu per satu perawat turun dari...