Langsung ke konten utama

Aku dan Tulisan

 Berawal dari puisi dan curahan hati, aku jadi menjelajah lebih jauh dalam menuliskan cerita, bahkan beralih dengan lebih sering membuat imajinasi jadi lebih nyata dengan membaca.

Menjadi penulis cerita fiksi bukanlah satu hal yang mudah. Apalagi hidup di tengah-tengah lingkungan yang asing dan tidak mau tau dan mengenal sendiri apa itu fiksi dan imajinasi. Mereka pikir semuanya pakai logika, padahal logika mereka sendiri tidak pernah sampai.

"Cerita fiksi adalah sebuah kebohongan."

Aku setuju dan tidak menolak. Bagiku selama tidak merugikan dan membawa ketenangan dan kedamaian, maka tidak apa-apa untuk membuat cerita bohong. Seperti halnya Ibu yang bilang tidak lapar saat anaknya makan. Atau seorang ayah yang bilang tidak lelah sewaktu diajak bermain oleh anak sepulang kerja. Mungkin juga seorang kakak yang mengaku salah untuk menutupi kesalahan adiknya agar tidak kena marah ayah-ibu. Aku tidak bilang ini baik, tapi bukan merupakan masalah besar.

Lingkungan yang tidak mendukung menjadikan diri kehilangan dukungannya sendiri. Menjadi pesimis, mudah menyerah, tidak percaya diri, bahkan menyalahkan diri sendiri sebab dianggap melakukan sebuah kesia-siaan.

Katanya ilmu pengetahuan hanya bisa didapat dalam buku pelajaran. Padahal pernah membaca bukunya saja tidak. Atau mungkin pernah, tapi akhirnya mengeluh sendiri sebab tidak mengerti. Fiksi adalah omong kosong. Imajinasi adalah ketidakwarasan.

Bagaimana orang-orang dulu bisa berpikir bahwa komunikasi jarak jauh sangat bisa terjadi, atau bahkan disertai gambar dan bergerak serta berwarna. Apa sebabnya manusia berpikir bisa terbang seperti burung? Atau berlayar mengarungi lautan seperti ikan-ikan? Apa yang bisa dilakukan manusia tanpa adanya imajinasi?

Semua teknologi yang ada di masa kini semuanya berawal dari imajinasi; pengandaian, yang kemudian berkerja sama dengan data dan daya pikir. Sayangnya imajinasi seringkali tidak dianggap.

Makanya aku masih tetap menulis walau berat dan penuh kekhawatiran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku: Getting To Yes

 Resensi buku non-fiksi: Getting To Yes Identitas Buku:  Getting To Yes: Trik Mencapai Kata Sepakat untuk Setiap Perbedaan Pendapat Oleh Roger Fisher, William Ury, dan Bruce Patton Penerjemah: Mila Hidajat Penerbit Gramedia Pustaka Utama Cetakan kelima (edisi ketiga): Maret 2020 Jumlah Halaman: 314 Pendahuluan: Secara umum, Getting To Yes menawarkan sebuah metode negosiasi yang dikenal sebagai Negosiasi Berprinsip. Seringkali perbedaan pendapat menjadikan dua pihak ingin saling mengalahkan satu sama lain, hanya berfokus pada apa yang mau dan tidak mau dilakukan oleh masing-masing pihak. Dengan Negosiasi Berprinsip perbedaan pendapat diharapkan dapat diselesaikan dengan kesepakatan yang menekankan pada keuntungan bersama bila memungkinkan, dan ketika kepentingan kedua pihak bertentangan, maka harus didasarkan pada standar yang adil dan terbebas dari keinginan masing-masing. Para penulis merupakan mereka yang tergabung dalam Harvard Negotiation Project sekaligus menjadi tempat d...

Taman Bunga

Hari ini akan ada petugas kesehatan dari puskesmas datang ke sekolah. Untuk melakukan penyuluhan seputar gizi, katanya. Sebagai guru pria, tenagaku dibutuhkan untuk segala kegiatan logistik. Menyiapkan panggung misalnya dari jauh-jauh hari. Saat hari yang ditetapkan akhirnya tiba, aku ditugaskan sekolah untuk menerima para perawat dari puskesmas di gerbang depan. Bersama seorang guru perempuan, aku sejenak bercakap dengan satpam di pos depan selagi menunggu tamu datang. Sebuah mobil minibus tampak bersiap untuk memasuki gerbang sekolah. Aku dibuat tertegun karenanya. Bulu kuduk serentak berdiri, merinding. Entah kenapa ada perasaan gugup. Degup jantung tiba-tiba saja berpacu lebih cepat dari biasanya. Semua perasaan itu seolah menjadi tanda kalau akan ada rindu yang terbalas sebentar lagi. Satpam bergegas menjalankan tugas. Membantu mobil yang baru datang untuk parkir dengan rapi. Aku pun bergegas menghampiri mobil itu untuk menyambut para penumpangnya. Satu per satu perawat turun dari...

Kapsul Waktu

 Matahari belum sempurna terbit di timur, tapi seorang perempuan terlihat amat terburu-buru. Dengan Hoodie warna biru dan rok rample -nya Rita melangkah dengan cepat, bahkan nyaris berlari. Hari ini adalah hari yang spesial. Hari yang paling ditunggu oleh Rita. Tujuannya adalah taman kota. Tepatnya di dekat pohon besar. Di sana, di dalam tanah, Rita akan membuka kapsul waktu yang pernah ia tanam bersama seorang laki-laki yang ia cintai empat tahun lalu. Namanya Rangga. Dia adalah orang yang pemalu. Payah sekali dalam bergaul. Bahkan teman pun tidak punya. Sebaliknya, Rita adalah orang yang aktif. Gemar bergaul dan punya banyak teman. Tapi ia payah sekali kalau sudah bicara soal perasaan. Dan kelemahan utamanya adalah, dia mencintai Rangga. Empat tahun yang lalu adalah masa sekolah menengah. Keduanya berkawan baik. Rita memang mencintai Rangga, tapi ia tidak pernah berani untuk bilang. Jangan tanya bagaimana Rangga. Dia pendiam. Dia selalu senang dekat dengan Rita. Tapi tidak pernah...