Halo semua. Aku yang menulis tweet itu. Dihapus karena sudah menimbulkan kegaduhan. Maaf karena sudah menyinggung banyak orang.
Aku mau cerita, boleh?
Aku ada pertanyaan. Adakah yang merasa dirinya punya kemampuan literasi yang tinggi? Kalau ada, itu hebat sekali! Tapi aku bukan siapa-siapa. Aku tidak suka membaca. Bulan ini saja aku baru membaca habis dua buku. Perihal mejadi kritis, aku bahkan tidak tau apakah cara berpikirku bisa dibilang kritis, atau sebenarnya hanya sekadar overthingking.
Maksudnya ada Literasi Membaca.
Aku sendiri benci dengan cara aku berpikir. Apalagi pikiran tentang tweet di atas. Pikiranku justru menyayangkan kalau semua narasi sepanjang itu sebenarnya hanya sekadar narasi pembelaan untuk tidak mengakui kalau dirinya punya kemampuan literasi yang rendah.
Sesulit itukah untuk mengaku kalau tingkat literasi kita memang rendah? Dan, memangnya kenapa kalau rendah? Lagipula tidak lantas aku akan menganggapnya rendah atau memanggilnya bodoh. Karena kemampuan literasi-ku juga sama rendahnya. Aku tidak merasa punya kemampuan literasi yang tinggi. Sama sekali tidak.
Menyebalkan memang ketika ada orang yang membuat kita sadar akan kekurangan kita. Seperti memberitahu orang pendek bahwa dirinya pendek. Atau orang gendut bahwa dirinya gendut. Apalagi disampaikan dengan narasi ketus seperti itu. Aku minta maaf karena itu.
Sebenarnya, aku sudah berpikir untuk menanggapi narasi ini sedari kemarin. Bahkan sampai terpikirkan dua cara: menanggapi dengan sindiran sarkas, atau membuka keran perdebatan dengan melontarkan banyak sanggahan.
Pada akhirnya, aku hanyalah seorang penulis cerita. Lagipula, aku merasa lebih jujur kalau disampaikan lewat cerita. Dan katanya, cerita yang disampaikan dengan jujur akan lebih mudah dipahami oleh pembaca. Makanya aku bercerita di sini.
Lekas bangkit literasi indonesia.
Komentar
Posting Komentar