Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2024

Dear Diary: TAHURA

Minggu, 28 Januari 2024. Adalah hari paling nostalgia. Perjalanan pertama di tahun 2024. Hampir masuk tahun ketiga usai lulus dari bangku sekolah. Selama itu juga putus komunikasi dengan teman-teman (mungkin bukan putus, tapi memang tidak saling berkirim pesan). Beberapa Minggu lalu, komunikasi kembali terhubung ketika seorang teman tiba-tiba saja membuat sebuah kolom pesan majemuk untuk banyak orang. Sampai seorang lain menyampaikan sebuah rencana besar. Sayangnya rencana itu tidak direspon dengan baik oleh banyak orang. Belum cukup dengan gagalnya rencana besar itu, ia kembali menyampaikan rencana yang lain. Dan kali ini rencananya berhasil. Sebuah perjalanan sederhana menuju tempat menyenangkan dan menyegarkan, Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (TAHURA). Aku punya banyak sejuta kenangan (hiperbola) dengan tempat itu. Perjalanan ini bukan kali pertama bagiku. Tapi di setiap perjalanan, tentu akan menciptakan pengalaman yang berbeda. Termasuk perjalanan kali ini. Rekan perjalanan kali i...

Debat

 Debat capres membuat kepalaku penuh dengan pikiran politik. Selain itu ada juga pikiran soal debat itu sendiri. Seperti apa itu debat, apa tujuannya, dan siapa saja yang terlibat di dalamnya. Najwa Shihab sering menyebutkan kalau debat adalah adu gagasan. Dengan adanya definisi itu maka debat capres berjalan sesuai dengan definisinya. Setiap peserta mengadu gagasannya dengan peserta lain. Bahkan lebih daripada itu. Tapi bagiku, definisi debat bukan seperti itu. Yang namanya mengadu sering kali dikaitkan pada hal yang berujung menyakitkan bagi dua pihak yang beradu. Seperti Adu Domba, Adu Tinju, Adu Panco, dsb. Padahal debat menurut pandanganku bukan seperti itu. Debat bukan untuk saling mengalahkan apalagi menjatuhkan. Debat bukan untuk adu gagasan. Tapi untuk berbagi gagasan. Berbagi gagasan berati membagikan gagasan dari masing masing pihak untuk dikaji dan didiskusikan dengan pihak lain selama jalannya debat. Itulah mengapa di setiap pembukaan debat seringkali setiap peserta de...

Dear Diary: Bodoh

 Aku sedang menganggur. Sudah lebih dari dua Minggu kali terakhir aku ada di kampus. Ujian sudah usai. Nilai sudah keluar. Tinggal menunggu pengumuman resmi kelulusan. Aku menganggur. Keseharian kuhabiskan sebagian besar di depan layar ponsel. Bermain gim, menonton, bahkan sampai melakukan hal bodoh, sia-sia, bodoh dan sia-sia. Dan belum mengambil atau mencari pekerjaan. Aku bisa saja bilang kalau sebenarnya aku sedang dalam proses menulis novel. Sayangnya itu hanyalah bualan. Menulis akan selalu jadi alasan bagiku untuk menunda waktu. Makanya aku tidak pernah membicarakannya lagi. Aku menganggur. Dan aku malu.

Postingan populer dari blog ini

Kapsul Waktu

 Matahari belum sempurna terbit di timur, tapi seorang perempuan terlihat amat terburu-buru. Dengan Hoodie warna biru dan rok rample -nya Rita melangkah dengan cepat, bahkan nyaris berlari. Hari ini adalah hari yang spesial. Hari yang paling ditunggu oleh Rita. Tujuannya adalah taman kota. Tepatnya di dekat pohon besar. Di sana, di dalam tanah, Rita akan membuka kapsul waktu yang pernah ia tanam bersama seorang laki-laki yang ia cintai empat tahun lalu. Namanya Rangga. Dia adalah orang yang pemalu. Payah sekali dalam bergaul. Bahkan teman pun tidak punya. Sebaliknya, Rita adalah orang yang aktif. Gemar bergaul dan punya banyak teman. Tapi ia payah sekali kalau sudah bicara soal perasaan. Dan kelemahan utamanya adalah, dia mencintai Rangga. Empat tahun yang lalu adalah masa sekolah menengah. Keduanya berkawan baik. Rita memang mencintai Rangga, tapi ia tidak pernah berani untuk bilang. Jangan tanya bagaimana Rangga. Dia pendiam. Dia selalu senang dekat dengan Rita. Tapi tidak pernah...

Malam Sunyi

 Aku punya rutinitas Malam Jum'at. Adalah mendengarkan cerita horor di radio sebelum tidur. Maka Malam Jum'at kali ini pun sama, meskipun ada tugas sekolah yang harus aku selesaikan. Usai makan malam aku segera kembali ke kamar. Menyiapkan buku di meja belajar. Menyiapkan alat tulisnya juga. Tidak lupa menyalakan lampu belajar untuk mendapatkan penerangan. Barulah aku beranjak untuk mematikan lampu kamar. Radio sudah diputar dalam ponsel. Aku juga menggunakan earphone agar suaranya lebih jelas terdengar dan lebih mencekam. Penyiar mulai menyapa pendengar. Bersamaan dengan itu aku pun mulai mengerjakan tugasku. Selagi menunggu penyiar sibuk mengobrol sana-sini, aku juga sama sibuknya dengan isi kepala sendiri. Beruntung tugas kali ini tidak sulit, jadi bisa dengan mudah aku selesaikan. Tepat saat aku menutup buku, cerita seram pun dimulai. Lampu kamar sudah dimatikan. Lampu belajar juga segera padam seiring dengan selesainya tugas sekolah. Kamar sudah sepenuhnya gelap. Jendela ...

Taman Bunga

Hari ini akan ada petugas kesehatan dari puskesmas datang ke sekolah. Untuk melakukan penyuluhan seputar gizi, katanya. Sebagai guru pria, tenagaku dibutuhkan untuk segala kegiatan logistik. Menyiapkan panggung misalnya dari jauh-jauh hari. Saat hari yang ditetapkan akhirnya tiba, aku ditugaskan sekolah untuk menerima para perawat dari puskesmas di gerbang depan. Bersama seorang guru perempuan, aku sejenak bercakap dengan satpam di pos depan selagi menunggu tamu datang. Sebuah mobil minibus tampak bersiap untuk memasuki gerbang sekolah. Aku dibuat tertegun karenanya. Bulu kuduk serentak berdiri, merinding. Entah kenapa ada perasaan gugup. Degup jantung tiba-tiba saja berpacu lebih cepat dari biasanya. Semua perasaan itu seolah menjadi tanda kalau akan ada rindu yang terbalas sebentar lagi. Satpam bergegas menjalankan tugas. Membantu mobil yang baru datang untuk parkir dengan rapi. Aku pun bergegas menghampiri mobil itu untuk menyambut para penumpangnya. Satu per satu perawat turun dari...