Tidak lama lagi, masa perkuliahan akan berakhir. Bagi banyak orang, itu adalah kabar baik, kabar yang menyenangkan dan gembira. Katanya sebagai bukti keberhasilan. Tapi bagiku adalah sebaliknya. Mungkin masih ada rasa senang, tapi tidak sebanyak rasa tegang, khawatir, takut, dan kebingungan.
Akhir tahun ini, kalau semuanya lancar, aku selesai kuliah. Aku ibarat sedang ada di depan pintu. Tangan sudah kutaruh di knopnya dan tinggal dibuka saja. Tapi dalam kepala, kalaupun aku berhasil membukanya dan berhasil melewatinya, bukan berarti semuanya selesai; aku bisa bernapas lega, atau bersenang-senang dan merasa bebas. Sebab ruang selanjutnya akan jauh lebih berat lagi. Aku menengadahkan kepala dan kulihat tulisan di atas pintu, ((Dewasa)).
Mendengar bahwa waktu kuliah sebentar lagi usai, Bapak jadi lebih aktif bertanya. "Mau kemana?" katanya.
Aku tidak menjawab. Aku tutup mulut rapat-rapat. Aku diam seribu bahasa. Kalaupun ada jawaban yang keluar, maka jawaban itu adalah, "Enggak tau."
Jawaban bohong. Jawaban palsu. Jawaban menipu. Aku sudah tau. Aku sudah membuat rencana. Aku sudah memikirkannya ribuan kali. Aku sudah punya tujuan. Tapi sebab terhalang dengan pertanyaan, "Bagaimana untuk bisa sampai ke sana?" Jadilah aku bungkam.
Komentar
Posting Komentar