Hari ini aku bicara banyak. Bukan hanya sekadar obrolan ringan antar pelajar, tapi juga ikut terlibat dalam diskusi panjang, bahkan masuk ke dalam bahasan kenegaraan.
Semua obrolan itu dipicu oleh habis mata kuliah seputar riba dalam jual-beli. Teman-teman banyak melemparkan pertanyaan sampai terciptalah diskusi panjang yang berakhir dengan penyerahan hasil diskusi pada Allah Yang Maha Mengetahui.
Satu lagi ada obrolan seputar kenegaraan. Bahkan sudah semacam bertukar pikiran antara dua kepala. Obrolan itu dipicu oleh keberadaan buku, "Phsycology of Money." Adalah milik temanku. Ia membeberkan apa yang sudah ia baca secara keseluruhan. Ditambah dengan pengetahuan lain yang ia punya. Obrolan seputar keuangan, bahkan sampai keuangan negara; juga keuangan global. Seperti, "Negara dengan hutang terbanyak." Jawabannya adalah Jepang, katanya banyak hutang dengan rakyatnya sebab menerapkan sistem obligasi.
Tidak sampai situ, ada juga pembahasan ringan seputar anime sampai perjalanan waktu juga paradoks di dalamnya.
Bagiku yang selalu sedikit bicara, hari ini benar-benar menyenangkan. Aku selalu saja mengeluh sebab menganggap diri sendiri payah dalam berkomunikasi. Kejadian hari ini seketika membantah anggapan itu. Aku selalu menganggap diri sendiri payah dalam berkomunikasi. Tidak pandai mengatur volume suara sampai harus diulang dua kali, bahkan sampai lawan bicara mendekatkan telinganya ke depan wajahku. Hal seperti itu tidak terjadi hari ini. Aku dengan lancar bersuara. Bahkan percaya diri mengemukakan pendapat. Sampai akhirnya aku menyadari satu hal: Mengingat kebiasaanku sehari-hari yang jarang bertemu orang atau terlibat dalam obrolan panjang, bahkan jarang sekali mendapat dialog harian, hal itu bukan sebab aku yang payah dalam berkomunikasi, melainkan diri sendiri yang jarang bersosialisasi.
Komentar
Posting Komentar