Langsung ke konten utama

Dear Diary: Bicara Banyak

 Hari ini aku bicara banyak. Bukan hanya sekadar obrolan ringan antar pelajar, tapi juga ikut terlibat dalam diskusi panjang, bahkan masuk ke dalam bahasan kenegaraan.

Semua obrolan itu dipicu oleh habis mata kuliah seputar riba dalam jual-beli. Teman-teman banyak melemparkan pertanyaan sampai terciptalah diskusi panjang yang berakhir dengan penyerahan hasil diskusi pada Allah Yang Maha Mengetahui.

Satu lagi ada obrolan seputar kenegaraan. Bahkan sudah semacam bertukar pikiran antara dua kepala. Obrolan itu dipicu oleh keberadaan buku, "Phsycology of Money." Adalah milik temanku. Ia membeberkan apa yang sudah ia baca secara keseluruhan. Ditambah dengan pengetahuan lain yang ia punya. Obrolan seputar keuangan, bahkan sampai keuangan negara; juga keuangan global. Seperti, "Negara dengan hutang terbanyak." Jawabannya adalah Jepang, katanya banyak hutang dengan rakyatnya sebab menerapkan sistem obligasi.

Tidak sampai situ, ada juga pembahasan ringan seputar anime sampai perjalanan waktu juga paradoks di dalamnya.

Bagiku yang selalu sedikit bicara, hari ini benar-benar menyenangkan. Aku selalu saja mengeluh sebab menganggap diri sendiri payah dalam berkomunikasi. Kejadian hari ini seketika membantah anggapan itu. Aku selalu menganggap diri sendiri payah dalam berkomunikasi. Tidak pandai mengatur volume suara sampai harus diulang dua kali, bahkan sampai lawan bicara mendekatkan telinganya ke depan wajahku. Hal seperti itu tidak terjadi hari ini. Aku dengan lancar bersuara. Bahkan percaya diri mengemukakan pendapat. Sampai akhirnya aku menyadari satu hal: Mengingat kebiasaanku sehari-hari yang jarang bertemu orang atau terlibat dalam obrolan panjang, bahkan jarang sekali mendapat dialog harian, hal itu bukan sebab aku yang payah dalam berkomunikasi, melainkan diri sendiri yang jarang bersosialisasi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapsul Waktu

 Matahari belum sempurna terbit di timur, tapi seorang perempuan terlihat amat terburu-buru. Dengan Hoodie warna biru dan rok rample -nya Rita melangkah dengan cepat, bahkan nyaris berlari. Hari ini adalah hari yang spesial. Hari yang paling ditunggu oleh Rita. Tujuannya adalah taman kota. Tepatnya di dekat pohon besar. Di sana, di dalam tanah, Rita akan membuka kapsul waktu yang pernah ia tanam bersama seorang laki-laki yang ia cintai empat tahun lalu. Namanya Rangga. Dia adalah orang yang pemalu. Payah sekali dalam bergaul. Bahkan teman pun tidak punya. Sebaliknya, Rita adalah orang yang aktif. Gemar bergaul dan punya banyak teman. Tapi ia payah sekali kalau sudah bicara soal perasaan. Dan kelemahan utamanya adalah, dia mencintai Rangga. Empat tahun yang lalu adalah masa sekolah menengah. Keduanya berkawan baik. Rita memang mencintai Rangga, tapi ia tidak pernah berani untuk bilang. Jangan tanya bagaimana Rangga. Dia pendiam. Dia selalu senang dekat dengan Rita. Tapi tidak pernah...

Malam Sunyi

 Aku punya rutinitas Malam Jum'at. Adalah mendengarkan cerita horor di radio sebelum tidur. Maka Malam Jum'at kali ini pun sama, meskipun ada tugas sekolah yang harus aku selesaikan. Usai makan malam aku segera kembali ke kamar. Menyiapkan buku di meja belajar. Menyiapkan alat tulisnya juga. Tidak lupa menyalakan lampu belajar untuk mendapatkan penerangan. Barulah aku beranjak untuk mematikan lampu kamar. Radio sudah diputar dalam ponsel. Aku juga menggunakan earphone agar suaranya lebih jelas terdengar dan lebih mencekam. Penyiar mulai menyapa pendengar. Bersamaan dengan itu aku pun mulai mengerjakan tugasku. Selagi menunggu penyiar sibuk mengobrol sana-sini, aku juga sama sibuknya dengan isi kepala sendiri. Beruntung tugas kali ini tidak sulit, jadi bisa dengan mudah aku selesaikan. Tepat saat aku menutup buku, cerita seram pun dimulai. Lampu kamar sudah dimatikan. Lampu belajar juga segera padam seiring dengan selesainya tugas sekolah. Kamar sudah sepenuhnya gelap. Jendela ...

Taman Bunga

Hari ini akan ada petugas kesehatan dari puskesmas datang ke sekolah. Untuk melakukan penyuluhan seputar gizi, katanya. Sebagai guru pria, tenagaku dibutuhkan untuk segala kegiatan logistik. Menyiapkan panggung misalnya dari jauh-jauh hari. Saat hari yang ditetapkan akhirnya tiba, aku ditugaskan sekolah untuk menerima para perawat dari puskesmas di gerbang depan. Bersama seorang guru perempuan, aku sejenak bercakap dengan satpam di pos depan selagi menunggu tamu datang. Sebuah mobil minibus tampak bersiap untuk memasuki gerbang sekolah. Aku dibuat tertegun karenanya. Bulu kuduk serentak berdiri, merinding. Entah kenapa ada perasaan gugup. Degup jantung tiba-tiba saja berpacu lebih cepat dari biasanya. Semua perasaan itu seolah menjadi tanda kalau akan ada rindu yang terbalas sebentar lagi. Satpam bergegas menjalankan tugas. Membantu mobil yang baru datang untuk parkir dengan rapi. Aku pun bergegas menghampiri mobil itu untuk menyambut para penumpangnya. Satu per satu perawat turun dari...