Sekali lagi aku sampai di bulan. Atau tempat yang kuanggap mirip bulan. Namanya Kawah Wayang. Tidak seperti kawah-kawah yang pernah kulihat di televisi atau di internet atau di buku-buku sekolah tentang alam atau buku-buku wisata alam.
Kawah Wayang tidak seperti Kawah Putih yang membentuk sebuah danau besar. Kawah Wayang kering kerontang. Hanya ada banyak bebatuan menuju tebing. Sebenarnya ada tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di sana. Tumbuh-tumbuhan kecil dan hutan di sekelilingnya.
Kawah Wayang punya permukaan yang tidak rata. Aku seperti berada di area pertambangan yang banyak bebatuan. Batu-batunya berwarna hitam, tapi di sekeliling ada seperti pasir atau tanah berwarna putih (aku tidak tau pasti apa itu). Seperti berada di bulan. Atau seperti berada di tempat dalam anime petualangan.
Yang paling menarik perhatian adalah adanya belerang. Sebenarnya-benarnya belerang seperti yang terlihat di televisi. Berwarna kuning dan berbau menyengat, tapi di sana baunya tidak begitu menyengat. Aku masih bisa berkeliling bahkan tanpa masker atau pelindung wajah.
Belerang di sana memang benar belerang. Tapi bukan dalam bentuk bongkahan besar seperti batu-batu besar. Kecil. Kecil-kecil seperti kerikil. Bahkan lebih kecil lagi. Seperti pasir.
Kawah Wayang adalah tempat yang panas. Ditambah lagi matahari hari itu sedang bersinar terik. Jangan lupa bawa minum. Tempatnya pun cukup jauh dari tempat parkir, jadi perlu mendaki dengan jalur yang sudah disediakan pengelola.
Di sana juga ada kolam air panas. Air panas dengan campuran belerang. Bagus untuk kulit. (Kolamnya jauh dari kawah. Sangat jauh. Ada di bawah. Dapat ditemukan bahkan sebelum mendaki menuju kawahnya).
Komentar
Posting Komentar