Dear Diary, Aku ingin menyebut tulisan ini sebagai diary. Walau kebanyakan orang menulis diary untuk disimpan sendiri. Tapi bagiku, aku ingin tulisan ini dibaca orang lain. Setidaknya oleh mereka yang nanti aku sebutkan namanya dalam tulisan ini. Sebagian besar tulisan ini akan diisi oleh sebuah nama, MadmaX, sebuah tempat yang pernah aku huni 3 tahun lalu, yang kudatangi lagi setahun lalu, dan aku datangi lagi-lagi beberapa waktu lalu. Orang bilang mereka yang sudah keluar itu disebut alumni. Dan aku adalah alumni yang payah. Aku meninggalkan MadmaX saat kondisinya sedang tidak baik-baik saja. Saat itu terjadi pandemi, jumlah anggota yang hanya terhitung jari, juga purna baktinya seorang pembina, seorang ayah, yang sangat loyal terhadap tempat ini. Beberapa waktu lalu aku kembali berkunjung. Sama seperti tahun lalu saat sekolah sedang dalam suasana penerimaan siswa baru. Aku datang dengan niat untuk membantu persiapan demo ekskul yang biasa diadakan di akhir kegiatan penerimaan ...
Sebuah ruang untuk berbagi cerita.