Langsung ke konten utama

Wasit dan Tayangan Ulang

 Banyak orang menyebutkan, minimnya prestasi negeri ini di dunia sepakbola adalah sebab manajemen liga yang buruk. Liga yang buruk menyebabkan pemain tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya. Hal tersebut pun membuat pelatih tim nasional jadi tidak dapat memilih dan meracik tim yang dapat bersaing di kompetisi internasional. Buruknya liga dapat disebabkan banyak faktor dan salah satu faktornya adalah wasit.

Performa wasit sebagai pengadil di lapangan akhir-akhir ini ramai jadi sorotan publik. Banyaknya kesalahan dalam mengambil keputusan membuat publik geram dan kecewa. Pasalnya bukan hanya sekali atau dua kali terjadi dalam satu pertandingan, bahkan bisa lebih. Dan bukan hanya satu wasit saja yang melakukan kesalahan, melainkan sudah banyak terjadi hal serupa. Salah dalam memutuskan tendangan penalti atau bukan, offside atau onside, handball, dan situasi paling kritis adalah ketika memutuskan gol atau tidak, apakah bola sempurna masuk gawang atau belum.

VAR (Video Assistant referee) adalah sebuah alat yang diharapkan banyak orang sebagai solusi dari masalah wasit tersebut. Tapi biaya yang tidak sedikit adalah masalah lainnya yang jadi pertimbangan federasi dan penyelenggara liga untuk penggunaannya. Adanya VAR dapat membantu wasit dalam mengambil keputusan dengan lebih tepat lagi.

Kesalahan tersebut tidak lepas dari diri wasit yang juga seorang manusia. Terlebih lagi adalah kejadian di lapangan yang terjadi secara singkat dan hanya dapat dilihat sekilas. Komentator yang biasanya jadi narator pertandingan pun sering kali menyebutkan hal serupa ketika ada keputusan yang memicu perdebatan. Komentator pun bisa mengetahui kebenaran dari kejadian tersebut melalu tangan ulang. Menilai dan mengoreksi apa yang sebenarnya terjadi. Kemudian berkata tidak dengan wasit yang hanya sekali melihat di lapangan.

Menilik sikap komentator tersebut, tayangan ulang bisa jadi solusi baru dalam masalah wasit ini. Memberikan wasit kesempatan kedua untuk melihat kejadian sebelumnya tentu akan menimbulkan perubahan keputusan atau penguatan atas keputusan yang telah dibuat. Sepertihalnya kejadian offside yang dapat dilihat berulang kali, lebih dekat, dan lebih jelas dalam tayangan ulang. Atau kejadian handball dalam kerumunan pemain yang bisa jadi penglihatan wasit terhalang oleh pemain lain. Jika hal tersebut dilakukan, barulah wasit dapat menilai dan mengoreksi sebelum mengambil keputusan final, atau sebelum peluit ditiup sebagai tanda keputusan sudah dibuat.

Jika hal ini dapat dilakukan, tentu nantinya bisa jadi peredem protes dari tim yang merasa dirugikan atas keputusan keliru tersebut. Seperti halnya dalam permainan bulu tangkis. Pemain pun mendapat hak untuk melakukan protes atas keputusan wasit. Challange dapat dilakukan oleh pemain jika merasa adanya perbedaan atas apa yang ia lihat dengan penilaian wasit perihal jatuhnya bola. Setelahnya barulah ditayangkan official review untuk mencari kebenaran atas perbedaan tersebut. Pemain pun dapat melakukan dua kali challange jika merasa hal itu memang diperlukan.

Memberi kesempatan wasit untuk melihat tayangan ulang tentu akan memakan waktu. Apabila tayangan ulang ditayangkan di layar kecil di pinggir lapangan tentu wasit perlu melipir dulu ke pinggir lapangan, sebentar menyaksikan, kemudian kembali ke dalam lapangan, dan barulah membuat keputusan. Belum lagi jikalau ada banyak keputusan keliru dari wasit yang mengharuskannya untuk kembali melihat tayangan ulang. Waktu permainan akan habis begitu saja hanya untuk melihat wasit bolak-balik ke pinggir lapangan.

Seperti halnya challenge dalam dunia bulu tangkis, hal tersebut juga dapat dilakukan untuk jadi solusi atas banyaknya waktu terbuang. Wasit tidak perlu berulang kali melihat tayangan ulang setiap kali ada keputusannya yang keliru. Adanya challenge memungkinkan pelatih masing-masing tim bijak dalam melakukan protes.

Memberikan wasit kesempatan untuk melihat tayangan ulang diharapkan dapat meredam protes dari masing-masing tim terlebih lagi para suporter untuk lebih bersikap bijak dalam menyaksikan pertandingan sepak bola. Dan memungkinkan mereka untuk lebih menerima lagi keputusan-keputusan wasit selama berlangsungnya pertandingan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapsul Waktu

 Matahari belum sempurna terbit di timur, tapi seorang perempuan terlihat amat terburu-buru. Dengan Hoodie warna biru dan rok rample -nya Rita melangkah dengan cepat, bahkan nyaris berlari. Hari ini adalah hari yang spesial. Hari yang paling ditunggu oleh Rita. Tujuannya adalah taman kota. Tepatnya di dekat pohon besar. Di sana, di dalam tanah, Rita akan membuka kapsul waktu yang pernah ia tanam bersama seorang laki-laki yang ia cintai empat tahun lalu. Namanya Rangga. Dia adalah orang yang pemalu. Payah sekali dalam bergaul. Bahkan teman pun tidak punya. Sebaliknya, Rita adalah orang yang aktif. Gemar bergaul dan punya banyak teman. Tapi ia payah sekali kalau sudah bicara soal perasaan. Dan kelemahan utamanya adalah, dia mencintai Rangga. Empat tahun yang lalu adalah masa sekolah menengah. Keduanya berkawan baik. Rita memang mencintai Rangga, tapi ia tidak pernah berani untuk bilang. Jangan tanya bagaimana Rangga. Dia pendiam. Dia selalu senang dekat dengan Rita. Tapi tidak pernah...

Malam Sunyi

 Aku punya rutinitas Malam Jum'at. Adalah mendengarkan cerita horor di radio sebelum tidur. Maka Malam Jum'at kali ini pun sama, meskipun ada tugas sekolah yang harus aku selesaikan. Usai makan malam aku segera kembali ke kamar. Menyiapkan buku di meja belajar. Menyiapkan alat tulisnya juga. Tidak lupa menyalakan lampu belajar untuk mendapatkan penerangan. Barulah aku beranjak untuk mematikan lampu kamar. Radio sudah diputar dalam ponsel. Aku juga menggunakan earphone agar suaranya lebih jelas terdengar dan lebih mencekam. Penyiar mulai menyapa pendengar. Bersamaan dengan itu aku pun mulai mengerjakan tugasku. Selagi menunggu penyiar sibuk mengobrol sana-sini, aku juga sama sibuknya dengan isi kepala sendiri. Beruntung tugas kali ini tidak sulit, jadi bisa dengan mudah aku selesaikan. Tepat saat aku menutup buku, cerita seram pun dimulai. Lampu kamar sudah dimatikan. Lampu belajar juga segera padam seiring dengan selesainya tugas sekolah. Kamar sudah sepenuhnya gelap. Jendela ...

Taman Bunga

Hari ini akan ada petugas kesehatan dari puskesmas datang ke sekolah. Untuk melakukan penyuluhan seputar gizi, katanya. Sebagai guru pria, tenagaku dibutuhkan untuk segala kegiatan logistik. Menyiapkan panggung misalnya dari jauh-jauh hari. Saat hari yang ditetapkan akhirnya tiba, aku ditugaskan sekolah untuk menerima para perawat dari puskesmas di gerbang depan. Bersama seorang guru perempuan, aku sejenak bercakap dengan satpam di pos depan selagi menunggu tamu datang. Sebuah mobil minibus tampak bersiap untuk memasuki gerbang sekolah. Aku dibuat tertegun karenanya. Bulu kuduk serentak berdiri, merinding. Entah kenapa ada perasaan gugup. Degup jantung tiba-tiba saja berpacu lebih cepat dari biasanya. Semua perasaan itu seolah menjadi tanda kalau akan ada rindu yang terbalas sebentar lagi. Satpam bergegas menjalankan tugas. Membantu mobil yang baru datang untuk parkir dengan rapi. Aku pun bergegas menghampiri mobil itu untuk menyambut para penumpangnya. Satu per satu perawat turun dari...