Kunci adalah arti namaku. Secara bahasa, kunci berarti alat untuk membuka sesuatu. Tapi sekarang kebanyakan manusia justru menggunakan-nya untuk menjadikan sesuatu lebih rapat lagi dari sekadar menutup. Aku sudah berusaha untuk berlaku seperti namaku. Berlaku untuk bisa lebih membuka diri. Tapi kebanyakan manusia justru membuatku jadi makin tertutup.
Memang aku tidak bisa meminta orang lain untuk mengerti bagaimana keadaanku. Tapi aku juga tidak bisa terus memaksakan diri untuk selalu mengerti semua keadaan masing-masing manusia. Aku tidak bisa membuat orang lain untuk berubah mengikuti apa yang aku mau. Dan aku juga tidak bisa terus berubah untuk mengikuti apa kata dunia.
Menjadi satu-satunya orang berbeda di tengah orang-orang serupa akan membuat orang itu memiliki dua kemungkinan. Diperlakukan istimewa atau justru diperlakukan seenaknya. Dan aku berada di kemungkinan kedua.
Katanya manusia adalah makhluk sosial. Tapi dialog harianku hanya berisi ucapan salam dan sahut-sahutan kecil. Dan malah didominasi oleh kata hati. Banyak bicara tidak didengar, diam malah dianggap tidak ada. Selayaknya orang bisu dan tuli, aku habiskan keseharianku dengan sedikit bicara dan sedikit mendengarkan.
Diam bukan berarti takut. Bertahan bukan berarti mengalah. Mengalah bukan berarti akan kalah.
Sebenarnya aku ingin lebih sedikit diam dan perlahan mulai banyak bicara. Memang benar kalau, "Berkatalah yang baik atau diam."
Aku hanya takut dianggap tidak pandai berkata baik sebab terlalu banyak diam. Aku ingin kembali menciptakan percakapan yang sudah lama tidak terdengar lagi.
Komentar
Posting Komentar