Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2021

Satu Lapang

"Eko, ayo kita main bola!" "Ayo, Ki. Tapi sekarang aku yang tendang ya?" "Nggak, nggak, nggak. Kamu kiper aja. Aku yang tendang. Aku kan striker." "Tapi aku juga mau jadi striker, Ki. Nggak mau jadi kiper terus. Kiper selalu ditinggal di belakang sendirian. Nggak bisa cetak gol." "Kalau kita berdua yang tendang, siapa yang jaga gawang? Nggak seru dong, Ko. Udah, ayo main. Cepet sana jaga gawang." "Iya, iya." Selalu saja seperti itu. Eki tidak pernah mau mengalah. Sejak kecil, dia memang sudah bermimpi untuk menjadi striker yang hebat seperti idolanya, Cristiano Ronaldo. Sedangkan aku hanya bisa menahan tendangan-tendangan yang Eki berikan dan menjaga gawang agar tidak dibobolnya. Walau tidak jarang, tendangan Eki seringkali membuat lenganku pegal dan sakit, tapi dia tidak pernah peduli dengan kondisiku. Tapi, rasa sakit itu tidak seberapa dibanding dengan dampak yang kuterima setelahnya. Sebab kini, aku berada di tempat para i...

Jadi Juara

  Sebuah mobil melesat maju menyusuri lintasan balap. Meninggalkan mobil-mobil lain jauh di belakangnya. Mereka yang saling berlomba-lomba untuk merebut posisi terdepan. Memasuki putaran terakhir, Rio masih menjadi yang terdepan. Hingga terlihat garis finish sebagai tanda berakhirnya balapan, Rio pun semakin menancap gas melesat segera melewati garis itu. "Gelar juara sudah di depan mata." kata Rio. Akhirnya, Rio pun berhasil menjadi orang pertama yang melewati garis finish. Sorak-sorai penonton bertepuk tangan atas keberhasilan Rio. Gelar pertama baginya setelah tiga kali seri balapan berturut-turut menduduki posisi empat. Tidak butuh waktu lama, orang kedua, ketiga, dan seterusnya mulai berdatangan silih berganti. Flores, juara bertahan tiga seri sebelumnya yang kini harus puas menduduki satu kursi di belakang Rio, datang mendekati Rio guna memberi selamat. "Selamat Rio. Pencapaian yang bagus." kata Flores memuji. "Terimakasih, Flores. Kau juga hebat. Menjuar...

Postingan populer dari blog ini

Kapsul Waktu

 Matahari belum sempurna terbit di timur, tapi seorang perempuan terlihat amat terburu-buru. Dengan Hoodie warna biru dan rok rample -nya Rita melangkah dengan cepat, bahkan nyaris berlari. Hari ini adalah hari yang spesial. Hari yang paling ditunggu oleh Rita. Tujuannya adalah taman kota. Tepatnya di dekat pohon besar. Di sana, di dalam tanah, Rita akan membuka kapsul waktu yang pernah ia tanam bersama seorang laki-laki yang ia cintai empat tahun lalu. Namanya Rangga. Dia adalah orang yang pemalu. Payah sekali dalam bergaul. Bahkan teman pun tidak punya. Sebaliknya, Rita adalah orang yang aktif. Gemar bergaul dan punya banyak teman. Tapi ia payah sekali kalau sudah bicara soal perasaan. Dan kelemahan utamanya adalah, dia mencintai Rangga. Empat tahun yang lalu adalah masa sekolah menengah. Keduanya berkawan baik. Rita memang mencintai Rangga, tapi ia tidak pernah berani untuk bilang. Jangan tanya bagaimana Rangga. Dia pendiam. Dia selalu senang dekat dengan Rita. Tapi tidak pernah...

Malam Sunyi

 Aku punya rutinitas Malam Jum'at. Adalah mendengarkan cerita horor di radio sebelum tidur. Maka Malam Jum'at kali ini pun sama, meskipun ada tugas sekolah yang harus aku selesaikan. Usai makan malam aku segera kembali ke kamar. Menyiapkan buku di meja belajar. Menyiapkan alat tulisnya juga. Tidak lupa menyalakan lampu belajar untuk mendapatkan penerangan. Barulah aku beranjak untuk mematikan lampu kamar. Radio sudah diputar dalam ponsel. Aku juga menggunakan earphone agar suaranya lebih jelas terdengar dan lebih mencekam. Penyiar mulai menyapa pendengar. Bersamaan dengan itu aku pun mulai mengerjakan tugasku. Selagi menunggu penyiar sibuk mengobrol sana-sini, aku juga sama sibuknya dengan isi kepala sendiri. Beruntung tugas kali ini tidak sulit, jadi bisa dengan mudah aku selesaikan. Tepat saat aku menutup buku, cerita seram pun dimulai. Lampu kamar sudah dimatikan. Lampu belajar juga segera padam seiring dengan selesainya tugas sekolah. Kamar sudah sepenuhnya gelap. Jendela ...

Perjuangan dan Penantian

 Restoran baru saja buka. Rangga sedang beristirahat sejenak usai bersiap-siap. Selagi menunggu pelanggan datang, Rangga mengambil ponselnya yang sama sekali belum ia buka lagi sedari semalam. Kemarin adalah akhir bulan, jadi Rangga sibuk membuat laporan keuangan bulanan untuk kemudian dilaporkan pada ibunya. Beruntung hasil laporannya baik. Ibu Rangga memujinya. Bahkan penghasilan restoran jauh meningkat dari bulan sebelumnya. Ada satu kebiasaan yang sering Rangga lakukan beberapa waktu terakhir dengan ponselnya. Meskipun Rangga pernah bercerita kepada para karyawan tentang kekasihnya di Inggris dan mereka menyarankan Rangga untuk lepas dan melupa, tapi tidak mudah bagi Rangga untuk melupakannya begitu saja. Rangga masih kerap mengirim pesan meskipun ia tau bahwa tidak akan mendapatkan balasan. Bahkan ia jadikan ruang obrolan itu seolah buku harian. Rangga akan mengirim pesan setiap kali ada hal menarik yang ia alami. Kali ini Rangga pun ingin melakukannya lagi, tapi ia dikejutkan...