"Eko, ayo kita main bola!" "Ayo, Ki. Tapi sekarang aku yang tendang ya?" "Nggak, nggak, nggak. Kamu kiper aja. Aku yang tendang. Aku kan striker." "Tapi aku juga mau jadi striker, Ki. Nggak mau jadi kiper terus. Kiper selalu ditinggal di belakang sendirian. Nggak bisa cetak gol." "Kalau kita berdua yang tendang, siapa yang jaga gawang? Nggak seru dong, Ko. Udah, ayo main. Cepet sana jaga gawang." "Iya, iya." Selalu saja seperti itu. Eki tidak pernah mau mengalah. Sejak kecil, dia memang sudah bermimpi untuk menjadi striker yang hebat seperti idolanya, Cristiano Ronaldo. Sedangkan aku hanya bisa menahan tendangan-tendangan yang Eki berikan dan menjaga gawang agar tidak dibobolnya. Walau tidak jarang, tendangan Eki seringkali membuat lenganku pegal dan sakit, tapi dia tidak pernah peduli dengan kondisiku. Tapi, rasa sakit itu tidak seberapa dibanding dengan dampak yang kuterima setelahnya. Sebab kini, aku berada di tempat para i...
Sebuah ruang untuk berbagi cerita.