Hari Selasa tanggal delapan bulan september tahun dua ribu dua puluh. Hari ulang tahunku yang ke-tujuh belas. Dari malam hari sebelumnya, aku berharap dia akan menjadi yang pertama mengucapkan. Tapi, tidak. Dia kalah cepat dengan temanku yang lain. Harapku pun berubah. Aku tidak berharap banyak, aku hanya ingin dia memberi ucapan, apa pun, aku pasti bahagia. Tapi nyatanya ... "Kamu ulang tahun?" tanyanya. Dia malah bertanya seperti itu. Aku kira, hari lahirku akan dia ingat selalu, tapi ternyata tidak. Sudah lama memang kita tidak jumpa, tidak saling sapa, kecuali kalau ada perlu. Setelah itu, dia berusaha untuk memberi pesan. " Wish -nya nanti, ya. Selesai ujian." katanya. Kala itu, dia memang sedang ada ujian di sekolah. Aku hanya diam. Biarlah, aku sudah telanjur kecewa. Tidak lama, dia pun kembali menghapus pesan itu. Bertambahlah lagi rasa kecewaku. Sudahlah. Untung saja kecewa itu tidak lama. Sebab aku sadar, aku bukan siapa-siapa. Siang harinya, dia tiba-tiba...
Matahari belum sempurna terbit di timur, tapi seorang perempuan terlihat amat terburu-buru. Dengan Hoodie warna biru dan rok rample -nya Rita melangkah dengan cepat, bahkan nyaris berlari. Hari ini adalah hari yang spesial. Hari yang paling ditunggu oleh Rita. Tujuannya adalah taman kota. Tepatnya di dekat pohon besar. Di sana, di dalam tanah, Rita akan membuka kapsul waktu yang pernah ia tanam bersama seorang laki-laki yang ia cintai empat tahun lalu. Namanya Rangga. Dia adalah orang yang pemalu. Payah sekali dalam bergaul. Bahkan teman pun tidak punya. Sebaliknya, Rita adalah orang yang aktif. Gemar bergaul dan punya banyak teman. Tapi ia payah sekali kalau sudah bicara soal perasaan. Dan kelemahan utamanya adalah, dia mencintai Rangga. Empat tahun yang lalu adalah masa sekolah menengah. Keduanya berkawan baik. Rita memang mencintai Rangga, tapi ia tidak pernah berani untuk bilang. Jangan tanya bagaimana Rangga. Dia pendiam. Dia selalu senang dekat dengan Rita. Tapi tidak pernah...