Aku sedang tidak bersemangat. Dalam perjalanan menuju parkiran, sebuah suara memanggilku dengan amat ceria. Seorang perempuan berlari dengan lucunya ke arahku. Dia tampak menggemaskan. Perlahan senyuman merekah di wajah. "Galang!" Sinta berhenti tepat di depanku. "Ayo kita ke mall! Shopping-shopping!" Wajahnya tampak ceria sekali. Aku menghela napas sekali. Sebenarnya aku ingin sekali pergi. Apalagi melihat Sinta ceria seperti ini. Aku tidak mau membuatnya sedih. Ditambah suasana keruh di kelas tadi, melihat senyuman Sinta, itu sedikit membuat suasana jernih kembali. Tapi aku tidak bisa pergi. "Ke mall, ya?" Aku menimang-nimang. "Sepertinya aku tidak bisa pergi, Sinta." Aku menolak. Memang sudah sebaiknya begini. "Bagaimana kalau aku antar pulang aja?" Benar seperti dugaan. Sinta perlahan murung. Sejujurnya aku tidak mau melihat ini. "Kenapa?" katanya berseru pelan. "Hari ini, kemarin, dua hari lalu, seminggu lalu. Kamu ...
Matahari belum sempurna terbit di timur, tapi seorang perempuan terlihat amat terburu-buru. Dengan Hoodie warna biru dan rok rample -nya Rita melangkah dengan cepat, bahkan nyaris berlari. Hari ini adalah hari yang spesial. Hari yang paling ditunggu oleh Rita. Tujuannya adalah taman kota. Tepatnya di dekat pohon besar. Di sana, di dalam tanah, Rita akan membuka kapsul waktu yang pernah ia tanam bersama seorang laki-laki yang ia cintai empat tahun lalu. Namanya Rangga. Dia adalah orang yang pemalu. Payah sekali dalam bergaul. Bahkan teman pun tidak punya. Sebaliknya, Rita adalah orang yang aktif. Gemar bergaul dan punya banyak teman. Tapi ia payah sekali kalau sudah bicara soal perasaan. Dan kelemahan utamanya adalah, dia mencintai Rangga. Empat tahun yang lalu adalah masa sekolah menengah. Keduanya berkawan baik. Rita memang mencintai Rangga, tapi ia tidak pernah berani untuk bilang. Jangan tanya bagaimana Rangga. Dia pendiam. Dia selalu senang dekat dengan Rita. Tapi tidak pernah...