Benar kata banyak orang. Menjadi kepala dua bukanlah hal yang mudah. Bukan hanya soal melanjutkan pendidikan, tapi juga munculnya kewajiban untuk bekerja, untuk membiayai hidup sendiri. Belum lagi kalau dibandingkan dengan kehidupan kepala dua di luar negeri, seperti Jepang, Korea, atau Negara-negara Barat. Kembali bicara soal membiayai hidup. Aku sendiri belum mampu soal itu dan masih dibiayai oleh orang tua. Pada awalnya memang memalukan. Bukan hanya di mata orang-orang, tapi juga malu pada orang tua. Tapi sekarang aku berusaha untuk menerima. Karena sebenarnya hal itu tidak memalukan sama sekali. Apalagi kalau pembiayaan itu atas dasar keinginan orang tua itu sendiri. Seperti kata Bapak hari ini. Aku terlibat dalam masalah biaya kuliah. Tidak akan bisa mengikuti ujian kalau belum melunasi semua tanggungan. Saat itulah Bapak bilang soal tanggung jawab orang tua pada anaknya. Kalau ditanya apakah Bapak masih punya tanggung jawab dengan umurku yang sekarang, sama sekali tidak. Apa...
Matahari belum sempurna terbit di timur, tapi seorang perempuan terlihat amat terburu-buru. Dengan Hoodie warna biru dan rok rample -nya Rita melangkah dengan cepat, bahkan nyaris berlari. Hari ini adalah hari yang spesial. Hari yang paling ditunggu oleh Rita. Tujuannya adalah taman kota. Tepatnya di dekat pohon besar. Di sana, di dalam tanah, Rita akan membuka kapsul waktu yang pernah ia tanam bersama seorang laki-laki yang ia cintai empat tahun lalu. Namanya Rangga. Dia adalah orang yang pemalu. Payah sekali dalam bergaul. Bahkan teman pun tidak punya. Sebaliknya, Rita adalah orang yang aktif. Gemar bergaul dan punya banyak teman. Tapi ia payah sekali kalau sudah bicara soal perasaan. Dan kelemahan utamanya adalah, dia mencintai Rangga. Empat tahun yang lalu adalah masa sekolah menengah. Keduanya berkawan baik. Rita memang mencintai Rangga, tapi ia tidak pernah berani untuk bilang. Jangan tanya bagaimana Rangga. Dia pendiam. Dia selalu senang dekat dengan Rita. Tapi tidak pernah...