Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2021

Sekolah Dulu Aja

Menatap papan tulis putih yang sudah tidak lagi putih. Pergi du duk di atas kursi di balik meja jati. Tas punggung digantung di belakang bangku. Fokus perhatian ke arah seseorang yang disebut guru. Tapi, itu dulu :( Hari ini..., papan tulis putih tidak selalu ada. Kursi dan meja hanya untuk mereka yang punya. Tidak usah pakai tas pun tidak masalah. Dulu aku mandi, sekarang? Masih mandi, tapi tidak pagi :) Dulu, belajar menghadap papan. Sekarang, semua menatap layar. Dulu, seragam adalah kewajiban, sekarang tidak apa kalau ingin beragam. Dulu, duduk adalah sebuah keharusan, sekarang rebahan sudah jadi kebiasaan. Dulu, sekolah amat penuh dengan aturan, sekarang? Aturan rumah ditegakkan, sekolah ikut mengambil peran :( BEBAN!

Soal Matematika

Tiap kali berkutat dengan angka dan data. Soal tambah, kurang, kali, bagi. Tentang pangkat, akar, dan logaritma. Seketika, kerja otak berhenti, tak berfungsi. Belum lagi, ada kombinasi dan permutasi. Turunan untuk turun, di integral naik lagi. Katanya, limit adalah batasan. Rupanya, ada yang tidak memiliki batasan. Dan soal polinomial, itu adalah suku banyak. Tapi tidak ada suku sunda maupun jawa di sana. Jadi tidak usah dicari. Waktu belajar, terlihat begitu mudah. Sekali, dua kali lihat langsung jawab. Waktu tugas datang diberikan, putar otak ratusan hingga ribuan kali adalah keperluan. Waktu ulangan? Sudah jangan ditanya. Otak kanan adalah senjata andalan. Sebab otak kiri sudah mati, berhenti, tak berfungsi.

Sekolah dan Pohon Kelapa

Akan kuberi tahu sebuah berita fenomenal. Sesuatu dengan rupa beda namun kembar fungsi. Yang satu adalah sistem dalam bangunan. Lainnya adalah makhluk hidup mandiri di tepi pantai Sekolah dan pohon kelapa, memberi banyak manfaat untuk semua orang. Setiap bagiannya berguna bagi kehidupan. Punya tujuan untuk membuat pintar. Satunya datang untuk menyegarkan. Namun, keduanya merupakan penyebab kehilangan. Beberapa nyawa hilang kejatuhan kelapa setiap tahunnya. Beberapa mimpi hilang sebab tuntutan dan aturan pendidikan.

Galang Cinta

Aku menghela napas lega. Waktu kuliah hari ini sudah rampung semua. Segera aku membereskan buku-buku dan memasukkannya ke dalam tas, lalu mengecek ponsel sebentar. Sebuah notifikasi pesan muncul di layar depan. "Galang, gue balik duluan, ya." sapa seorang teman. "Eh, iya. Hati-hati." balas ku. Sebentar berpaling dari ponsel dan beralih menatapnya. Setelah dipastikan ia hilang dari pandangan, aku kembali ke ponselku. Membuka pesan yang ada. Didapati sebuah pesan dari orang yang tersayang. "Galang, antar aku ke mall, yuk!" "Duh, maaf Sinta. Aku harus pulang cepat hari ini. Bagaimana kalau aku antar kamu pulang saja? Aku tunggu di parkiran, ya!" Setelah pesan balasan berhasil kukirim, aku pun bergegas menuju parkiran. Mengambil motorku dan menunggu Sinta di sana. Banyak orang berlalu-lalang di depanku. Parkiran memang dekat dengan kantin, ada yang pergi ke kantin untuk mengisi perut dulu sebelum pulang, ada juga yang sudah selesai dari kantin dan si...

Pelana Pengetahuan

Sebut saja tempat itu Pelana Pengetahuan. Tempat orang belajar mencapai tujuan. Dari orang kecil sampai hampir besar. Ditunggangi pelana itu dengan sangat sabar. Dihuni oleh para pendidik dan yang dididik. Berisi tukang hardik dan yang dihardik. Tempat para pelantik dan yang dilantik. Ruang para perempuan cantik dan yang hampir cantik. Namanya Pelana Pengetahuan. Perlu tempat berpijak untuk memulai. Dipegang oleh negara namanya negeri. Kalau berdiri sendiri bukan berarti luar negeri. Tapi swasta. – Ruang Tahul